468x60 Ads

Kepadamu, Mambaus Sholihin-ku



Kepadamu, Mambaus Sholihin-ku
puisi: by qohwahireng 

Di dada ini namamu jadi tugu
Membenteng dalam hati, menggema sepanjang waktu

Jika bulan purnama jatuh
Di atas taman
Malam malam jadi riang
Kantuk beranjak, canda diarak
Dan semuanya tinggal sejenak
Begitulah, malam malam riang
Yang menjejak dalam kenangan
Malam malam di tanahmu,
Mambaus Sholihin

Apa kabar syi’ir di pagi cerah
Di senja senja yang merah
Atau sepanjang hari, saat ramadhan
Datang berkunjung?
Kurindu petuah-nashihah dan mauidloh
Romo Kyai Masbuhin
Kurindu guru guru agung
Yang setia di sisi, hapuskan daki daki
Menggusur segala mendung
Semoga, semoga, senantiasa
Dihujani berkah sehat ‘afiat
Romo Kyai Masbuhin, Putra-Putri dan Semua yang di sisi
Berlimpahkan kasih-sayang Ilahi
Di dada ini, Mambaus Sholihin. Namamu jadi tugu
Membenteng dalam hati, menggema sepanjang waktu

Jika pagi menjadi awal yang bergairah
Maka di sanalah, saat keberangkatan para santri
Menuju Madrasah
Adalah pagi yang paling menggairah
Bertebar dimana-mana senyum sumringah

Dimana kutemui paling rekatnya
Simpul persaudaraan
Maka di sanalah, di atas bumi yang senantiasa teduh
Oleh jejak dzikir yang gemuruh,
Tak ada yang bisa renggangkan
Tali erat penyatuan, nasibku dan nasibmu
Bait bait gelisah para kekawan
Kita sajakkan bersama-sama
Kita tumpahkan dengan air mata yang sama

Berbanjar dalam malam panjang
Ketika lapar mendera, adalah lapar kita
Tak boleh ada tangis duka yang tumpah sendirian
lalu membikin sungai yang mengalir ke tepian
selain kita rangkai semua itu
bersama-sama dalam senyuman

di dada ini namamu jadi tugu
membenteng dalam hati, menggema sepanjang waktu

masih menggemakah alunan shalawat di segala sudutmu
pusaran benteng yang mengitari lembah ma’rifat
mendayu bersama hizib hizib dengan seribu keramat
kurindu, o, kurindu
aroma malaikat di pelataran Tuhan
turut bertasbih bersama ribuan pecinta dan perindu
rancakkan asma asma Ilah
menyulap tanah jadi sajadah

senja senja yang senantiasa bergairah
mengapi dalam alunan istighatsah
o, kurindu
nuansa Ilahi yang merasuk dalam abjad abjad
lafadz lafadz pepuji
indahnya larut bersama manusia manusia qur’ani
ramai-sepi tenggelam dalam ayat suci
langkah langkah mereka adalah alif
tegak luhur menjaga nurani
o, kurindu

dalam dada ini, Mambaus Sholihin, namamu jadi tugu
membenteng dalam hati, menggema sepanjang waktu

izinkanlah, Mambaus Sholihin.
Kuamsalkan rindu rindu ini
Dengan abjad yang paling kasturi
Dalam doa sepanjang hari,
Dalam sembahyang, dalam peraduan Tuhan
Bagaimana mungkin aku berpaling
Sedang detak jantungku tak henti menyimpanmu
Di darahku menyungai air petuah para guru
Bahkan, ribuan terimakasih mungkin tak cukup
Menjadi imbal atas segala yang kusebut ilmu
Lantaran kau dan keringat guru guruku
Mengalir dan meluapi laut makrifah
Dari muara sampai ke hulu

-terimakasih guru guruku
Kau yang telah membangun tugu dalam dada
Membentengi hatiku sepanjang waktu

Sepertiga malam kamis, 12-09-2013
di lorong kediaman mungilku