468x60 Ads

LIBURAN PONDOK MAMBAUS SHOLIHIN 2014


LIBURAN PONDOK MAMBAUS SHOLIHIN 2014

Dimulai : Ahad 15 Juni 2014 M/ 17 Sya'ban 1435 H

Sampai : Jum'at 27 Juni 2014 M/ 29 Sya'ban 1435 H

Kembali Ke Pondok Santri Lama : Sabtu 28 Juni 2014 M/ 30 Sya'ban 1435 H

Kembali Ke Pondok Santri Baru : Selasa 01 Juli 2014 M/ 03 Ramadhan 1435 H

Pembukaan KBM : Senin 30 Juni 2014 M /02 Ramadhan 1435 H

Kembali ke Pondok untuk Pengurus : Kamis 26 Juni 2014 M/ 28 Sya'ban 1435 H

PENERIMAAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) SMA MAMBA'US SHOLIHIN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2014 - 2015


PENERIMAAAN PESERTA DIDIK BARU (PPDB) SMA MAMBA'US SHOLIHIN BLITAR TAHUN PELAJARAN 2014 - 2015

          Pada tahun ajaran baru ini SMA MAMB'US SHOLIHIN Blitar menerima siswa baru dengan kuota 160 siswa dengan jurusan ipa dan ips (melalui tes penjurusan ).Bagi antum " yang berminat silahkan datang dan mendaftar di panitia PSB, info lebih lanjut lansung saja datang ke sekolah atau bisa juga mencari info tentang PSB melalui brosur dibawah ini.....


KURIKULUM


KURIKULUM
Kurikulum yang diterapkan  di SMA Mamba’us Sholihin Blitar dirancang dengan memadukan kurikulum pendidikan formal Pondok Pesantren yang digariskan Departemen Pendidikan Nasional dan kurikulum Pondok Pesantren/ Sekolah Diniyah yang di gariskan Departemen Agama, ditambah dengan kurikulum lembaga pelatihan bahasa (Arab dan Inggris).
KEGIATAN EKSTRA
Sebagai upaya untuk menunjang pembentukan kepribadian dan membekali ketrampilan praktis kepada para santri, dikembangkan berbagai kegiatan ekstra kurikuler sebagai berikut :
1.        Organisasi IPNU/IPPNU (OSIS)
2.        Pramuka dan PMR
3.        Drum Band
4.        Seni Lukis
5.        Seni beladiri
6.        Seni Qosidah
7.        Ketrampilan Komputer
8.        Pidato Bahasa Arab dan Bahasa Inggris
9.        Ekstra Keahlian (Otomotif, Elektro, las listrik, Tata Busana dan Tata Boga )
10.    Ekstra Keagamaan (Tartil/Qiroatil Qur’an, Sholawat diba’ / Albarjanji, Muroqi, 
                     Manaqib, Burdah, Tahlil).
INPUT SISWA
Para siswa SMA Mamba’us Sholihin Blitar berasal dari lulusan SMP/MTs Negeri dan swasta dengan prosentase sebagai berikut :
1.        Wilayah Kabupaten/Kota Blitar                        75 %
2.        Luar Kab/Kota Blitar dalam Propinsi Jatim       15 %
3.        Luar Propinsi Jawa Timur dan Luar Jawa          10 %
Sasaran masyarakat yang diharapkan menyekolahkan di SMA Mamba’us Sholihin Blitar diarahkan pada kelompok masyarakat dengan tingkat kesadaran beragama (Islam) sedang sampai tinggi, baik yang berada di wilayah pedesaan maupun perkotaan. Hal ini karena sejak awal berdiri SMA Mamba’us Sholihin telah meneguhkan jati dirinya sebagai lembaga pendidikan kader yang memadukan sekolah formal dan pondok pesantren.    
OUT PUT (PRODUK)
Lulusan dari SMA Mamba’us Sholihin Blitar selain dipersiapkan untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi juga diharapkan mampu mempunyai bekal ketrampilan berbahasa yang mencakup 4 bahasa, yakni :
1.        Inggris                            3. Indonesia
2.        Arab                               4. Bahasa Jawa Kromo
Dari ke empat kecakapan berbahasa tersebut terkandung maksud agar disamping anak-anak mempunyai bekal untuk hidup di lingkungannya juga mampu menjaga adat ketimur-an yang sarat dengan tatakrama pergaulan bermasyarakat yang menjamin berkembangnya kepribadian generasi penerus, agar tidak hanyut dalam dekadensi moral.
Kecakapakan lain yang mungkin bisa diharapkan mampu dikuasai oleh anak-anak lulusan SMA Mamba’us Sholihin Blitar adalah menghafal Juzz Amma dan Yaasiin serta Tahlil sebagai pemegang tongkat estafet budaya dari jammiyyah NU yang telah terbukti efektifitasnya dalam pelaksanaan dakwah islam dan proses regenerasi di jagad ini.
I.       LEMBAGA PENUNJANG PELAYANAN PENDIDIKAN
1.      Bengkel Al Qur’an
Lembaga ini adalah kerjasama antara SMA dengan Lembaga Pendidikan Pendidik Qur’an (LPPQ) yaitu kurikulum pembelajaran Al Qur’an yang menggunakan metode Thoriqoty
2.      Trainning Education Center,
Lembaga yang dibentuk SMA Mamba'us Sholihin  Blitar untuk memberikan  pelayanan pendidikan ketrampilan kepada siswa, terdiri dari :
1. Ketrampilan Komputer
2.Ketrampilan bahasa Arab dan Bahasa Inggris.
3. Ketrampilan Tata Busana dan Tata Boga
4. Ketrampilan bangunan
5. Ketrampilan listrik
3. Koperasi Sekolah/Pondok Pesantren
Koperasi sekolah ini bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada siswa untuk memenuhi aneka kebutuhan sehari-harinya, sekaligus sebagai media pembelajaran siswa dalam mengembangkan usaha (wiraswasta).Layanan koperasi yang ada saat ini, yaitu :
1.      Unit Katering                           5. Unit Fotocopy
2.      Unit Pertokoan                        6. Unit Wartel
3.      Unit Rental Komputer.             7. Bank Central Mandiri (BCM)
4.      Unit Simpan Pinjam.

VISI MISI DAN TUJUAN


VISI MISI DAN TUJUAN
VISI :

Terwujudnya Generasi Siswa yang ALIM – SHOLEH – KAFI 

Indikator Visi :
1.        Lulusan yang beriman, bertaqwa, berakhlaqul karimah.
2.        Lulusan yang berwawasan ilmu pengetahuan & teknologi, memiliki keahlian
       dan  ketrampilan.
3.        Lulusan yang berdisiplin tinggi.
4.        Lulusan yang memiliki ruhul jihad (semangat juang).
5.        Lulusan yang berprestasi.
6.        Lulusan yang siap hidup di era yang selalu berubah.
MISI :
Misi yang diemban SMA Mamba'us Sholihin  Blitar adalah sebagai berikut :
1.       Menyiapkan para siswa yang mampu menginternalisasikan nilai-nilai Keislaman ala Ahlissunnah wal jamaah dalam kehidupan sehari-hari, sehingga memiliki ruhul jihad (semangat juang) yang tinggi dalam menegakkan garis perjuangan Rosulullah SAW dan para ulama serta bersemangat dalam menjalani kehidupan yang senantiasa berubah dan penuh tantangan.
2.       Memberikan bekal kompetensi dasar bagi lulusan untuk ‘melanjutkan pendidikan’ dan ‘hidup dalam masyarakat’.
3.      Optimalisasi layanan pendidikan sesuai dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan Iptek.
TUJUAN :
1.  Memiliki wawasan keilmuan serta Profesionalisme yang tinggi
2.  Membentuk siswa yang memiliki prestasi, akademik dan non akademik.
3.  Mengembangkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi di era global.
4.  Membentuk sikap dan perilaku siswayang tanggap, tangguh dan tanggon
    terhadap problem-problem sosial.
C.  NILAI-NILAI YANG DIKEMBANGKAN
Masyarakat SMA Mamba'us Sholihin  Blitar mendukung sepenuhnya nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran agama Islam. Secara khusus, mendorong terbentuknya nilai-nilai di pondok sebagai berikut :
1.      Belajar sepanjang hayat (long live education).
Sikap menghargai pencapaian ilmu dan mendorong siswa untuk menguasai apa yang dipelajari sehingga menjadi siswa yang berminat belajar sepanjang hayat dengan membawa semangat meraih prestasi.
2.      Pribadi yang utuh (insan kamil)
Sikap mendorong pengembangan rasa percaya diri yang tinggi, kebanggan dan responsive (self reflect). Sekolah memberi penghargaan kepada kualitas keunikan-masing siswa dan mendorong mereka untuk mempertanggungjawabkan tindakannya melalui inisiatif, sikap dapat dipercaya dan memiliki integritas pribadi.
3.      Tawasuth dan I’tidal,
sikap tengah yang berintikan kepada prinsip hidup yang menjunjung tinggi keharusan berlaku adil dan lurus ditengah-tengah kehidupan bersama. Nilai/sikap dasar ini akan selalu menjadi kelompok panutan yang bersikap dan bertindak lurus dan selalu bersifat membangun serta menghindari segala bentuk pendekatan yang bersifat tatharruf (ekstrem)
4.      Tasammuh,
sikap toleran terhadap perbedaan pandangan baik dalam masalah keagamaan, tertama hal-hal yang bersifat furu’ atau menjadi masalah khilafiyah; serta dalam masalah kemasyarakatan dan kebudayaan.
5.      Tawazun,
sikap seimbang dalam berkhidmah. Menyerasikan khidmah kepada Allah SWT, khidmah kepada sesama manusia serta kepada lingkungan hidupnya. Menyelaraskan kepentingan masa lalu, masa kini dan masa datang.
6.      Amar ma’ruf nahi mungkar,
yaitu sikap selalu memiliki kepekaan untuk mendorong perbuatan yang baik, berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama; serta menolak dan mencegah semua hal yang dapat menjerumuskan dan merendahkan nilai kehidupan (senantiasa bersikap kritis konstruktif).

SMA MAMBA'US SHOLIHIN


 SMA Mamba’us Sholihin
      
SMA Mamba’us Sholihin didirikan oleh Yayasan Pondok Pesantren Mamba’us Sholihin sejak tahun 2004 sebagai salah satu bentuk partisipasi Jam’iyah Nahdlatul Ulama di daerah Blitar dalam mencerdaskan kehidupan masyarakat. SMA Mamba’us Sholihin Blitar pada masa itu  didirikan dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya tersedianya jenjang pendidikan tingkat SMA yang menjamin peningkatan dan perkembangan pengetahuan agama islam waktu itu yang masih sangat terbatas di Kabupaten / Kabupaten Blitar.
Memperhatikan kecenderungan animo masyarakat yang semakin berkurang terhadap keberadaan SMA Mamba’us Sholihin sistem reguler, maka Yayasan Pondok Pesantren Mamba’us Sholihin Kabupaten Blitar pada tahun 2004 mengadakan perombakan system pembelajaran di SMA Mamba’us Sholihin Blitar dari system reguler menjadi system asrama (boarding school). 
Penyelenggaraan pendidikan SMA Mamba’us Sholihin Blitar dengan sistem asrama ini, siswa mengikuti kegiatan pendidikan dalam tiga alokasi waktu, Intra Pagi, Intra Sore dan Intra Malam. Intra pagi, yaitu kegiatan pendidikan yang melaksanakan secara penuh kurikulum pendidikan yang ditetapkan Depdiknas/Departemen Agama RI. Intra sore, pelaksanaan kegiatan pendidikan yang diarahkan pada pengembangan kemampuan bahasa (Arab dan Inggris) dan ketrampilan, minat bakat siswa. Sedangkan intra malam, merupakan penyelenggaraan kegiatan pendidikan pondok pesantren dengan kurikulum sekolah diniyah.
Dalam pengembangan SMA Mamba'us Sholihin Blitar ini, pengelola senantiasa  berusaha mengikuti perubahan kebijakan pendidikan pemerintah, termasuk kebijakan otonomi pendidikan dan otonomi sekolah yang saat ini tengah digulirkan. SMA Mamba’us Sholihin Blitar sebagai sekolah swasta di bawah Yayasan Pondok Pesantren sejak awal telah mengembangkan manajemen berbasis sekolah (Board Base Education), dimana dalam setiap kebijakan dan pengembangan sekolah senantiasa melibatkan komponen masyarakat. Dengan pendekatan semacam ini sekolah dapat menyelenggarakan pendidikan secara mandiri, adapun pemerintah (Depdiknas/Depag) lebih berperan sebagai supporting system dalam upaya peningkatan pelayanan dan mutu pendidikan. sumber : http://smamambaussholihinblitar.blogspot.com

SUSUNAN PENGURUS ORGANISASI PONDOK PESANTREN MAMBAUS SHOLIHIN MASA KHIDMAH 2014-2015














DAFTAR NAMA SANTRI MAMBAUS SHOLIHIN YANG LULUS SELEKSI BEASISWA UNIVERSITAS AL-AHGAFF HADHRAMAUT YAMAN TAHUN AKADEMIK 2014-2015 M

DAFTAR NAMA SANTRI MAMBAUS SHOLIHIN YANG LULUS
SELEKSI BEASISWA UNIVERSITAS AL-AHGAFF HADHRAMAUT YAMAN
TAHUN AKADEMIK 2014-2015 M

142. AHMAD TURMUDI 027/VIII/2014 Mambaus Sholihin Gresik
143. ABROR ROYYAN 028/VIII/2014 Mambaus Sholihin Gresik
144. AHMAD LUBABUL KAROMI 030/VIII/2014 Mambaus Sholihin Gresik
145. NURMUH DANIAL 031/VIII/2014 Mambaus Sholihin Gresik
146. MUH. ERFAN AKHABAR SOLEHUDDIN 032/VIII/2014 Mambaus Sholihin Gresik
159. LUBABAH 015/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
160. ISYROQOTUN NASHOIHA 017/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
161. LAILATUL MUSYAROFAH 018/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
162. ULFA FAUZIYAH 019/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
163. IFFAH NUR ASYIYAH 020/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
164. AYU MUSTIKA 022/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
165. HILYATI LAILIA ZULFA 024/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
166. ULFATUN NADA 025/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
167. KHOIRIYATUL MUNAWAROH 027/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
168. IFTITAH 028/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
169. NILNA MINHATILLA 031/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
170. LILIK KHUNAIFAH 032/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
171. SAIDATUL FITRIYAH 033/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
172. DEVI MAULIDATUL KHASANAH 034/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
173. ZAINAB AL GHOZALIYAH 035/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
174. ROBIAH ALHADHANIA ALI SYAFA'I 036/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
175. ILFI NUR DIANA 039/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
176. IFTIKHATUL HIDAYAH 040/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
177. NUR HIKMAH 041/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik
178. NABELLA 042/VIII/P/2014 Mambaus Sholihin Gresik

INDONESIA KEHILANGAN KH. IDRIS MARZUQI LIRBOYO

 INDONESIA KEHILANGAN KH. IDRIS MARZUQI LIRBOYO

      Hari ini (09/06) Indonesia khususnya bagi kalangan SANTRI dan para Masyayikh kembali berduka. KH. Idris Marzuqi Lirboyo pergi meninggalkan kita untuk selamanya pada hari Senin (09/06) pada pukul 10.28 WIB di RS. dr. Soetomo Surabaya. Bapak Soekarwo selaku Gubernur Jawa Timur didampingi wakilnya Gus Ipul turut hadir dalam prosesi Sholat Jenazah. "Mautul Alim Mautud Dunya" Kata Gus Ipul sambil mengusap air matanya". Saat sakit, beliau masih ingat umat (saat itu haul Lirboyo yang dihadiri Habib Syekh bin Abdul Qodir assegaf dari solo, beliau (KH. Idris Marzuqi) menyempatkan diri menyapa para santri lewat telfon dari Gus Ipul)" imbuhnya saat pidato sambutan atas nama Jawa Timur. Gus Majduddin (Putra Syaikhuna Masbuhin Faqih) turut hadir dalam sholat Jenazah kloter 7 yang diimami langsung oleh KH. Ahmad Subadar dari Pasuruan.//Firdaus_crew MP

Sholat Jenazah kloter 7 yang diimami langsung oleh KH. Ahmad Subadar dari Pasuruan.
Gus Majduddin Putra Syaikhuna Masbuhin Faqih




Suasana Pengajian Kitab Mafahim Yajibu Antushohah dan Tanwirul Qulub serta Silaturrahmi sesama Alumni dan Keluarga Besar Pondok Pesantren Mambaus Sholihin, diasuh oleh Doktor Agus Muhammad Najib (Menantu Syaikhuna). Hari minggu 08 Juni 2014. Di Jl. Pucang Harjo Gg 5, Musholla Baitul Muslihin, belakang Pasar Pucang dan dekat rumah sakit Menur Surabaya.

Suasana Pengajian Kitab Mafahim Yajibu Antushohah dan Tanwirul Qulub serta Silaturrahmi sesama Alumni dan Keluarga Besar Pondok Pesantren Mambaus Sholihin, diasuh oleh Doktor Agus Muhammad Najib (Menantu Syaikhuna). Hari minggu 08 Juni 2014. Di Jl. Pucang Harjo Gg 5, Musholla Baitul Muslihin, belakang Pasar Pucang dan dekat rumah sakit Menur Surabaya.



BROSUR PENDAFTARAN SANTRI BARU PONDOK PESANTREN MAMBAUS SHOLIHIN 3 BENJENG GRESIK


Lelaki Tua dan Danau Angsa. Cerpen Kelima Belas dalam Buku Kumpulan Cerpen Lalat dari Jerman


Lelaki Tua dan Danau Angsa
Suasana pagi di tepi danau tempat pemancingan terasa sejuk dan indah. Aku, Giant, dan Sholeh baru saja sampai di tempat itu.
“Kita istirahat di sana, sambil santai melepas lelah, sekalian lihat orang mancing.” ajakku. Tanpa menunggu jawaban, aku berjalan di depan dua temanku dan langsung menuju tempat duduk di bawah pohon kelapa.
“Leh ! angsa itu indah sekali ya…” Giant kagum melihat patung dua angsa di danau
pemancingan, dua angsa terbuat dari kayu dan berukuran besar, terbang di atas tanah dengan penyangga besi runcing nan ramping.
“Betul, aku belum pernah melihat pemandangan seindah ini...” jawab Sholeh.
 “Tempat pemancingan ini namanya Swan Lake; Danau Angsa.” kataku.
“Tempat ini cocok sebagai hiburan bagi orang perumahan, lihat saja pemandangan indah yang mengelilingi tempat ini, kayak di luar negeri kan?” ucap Giant membanggakan pemandangan sekitar danau pemancingan.
“Gimana kalau kita tiap pagi datang ke sini?” ajakku.
“Ngapain, hanya lihat orang mancing?” tanya Giant.
“Ya, sekaligus refreshing. Gimana menurut kalian?” ucapku sekaligus menunggu jawaban dua temanku.
“Oke!” Sholeh setuju usulanku.
“Kalau kamu?” tanya Sholeh pada Giant seperti tak setuju dengan usulanku.
“Aku tidak janji, kalau ada waktu aku ikut aja.” Jawabnya tanpa memandang Sholeh.
“Kamu lihat apa sih, kok serius amat?” tanyaku.
“Itu lho, coba lihat di ujung sana.” Giant menunjuk ujung danau pemancingan yang luas.
Aku dan Sholeh mengikuti arah telunjuk Giant.
“Ayo kita ke sana, sekalian kita ikut bantu orang yang duduk di ujung itu.” Giant tanpa menungguku, langsung berjalan menuju ujung danau kolam pemancingan. Sedang Sholeh tak beranjak dari tempat duduknya. Aku tanpa menghiraukan Sholeh yang masih duduk di bawah pohon kelapa itu, jalanku langsung terarah mengikuti langkah Giant menuju ujung danau.
“Kasihan lelaki tua itu.” Suara Giant sayup-sayup terdengar sambil berjalan menuju tempat pak tua memegang gagang pancing. Jalan Giant sangat cepat, setengah berlari. Aku pun tak mau kalah untuk menyalipnya, hingga tak sampai lima menit mengantarkanku di ujung kolam danau. Mataku langsung tertuju pada sosok lelaki sedang memegang kayu yang ujungnya terdapat tali senar putih dan umpan cacing untuk mengelabuhi ikan-ikan yang masih lapar dalam danau yang menjanjikan.
“Mbah, dapat ikan banyak ya?” tanya Giant saat mendekati pak tua yang duduk tanpa alas.
Lelaki tua itu merespon dengan senyum manis, “Baru dapat satu ikan Nak...”
Aku tetap diam di tempat, berdiri, tanpa mengucap sepatah kata pada pak tua. Mataku menatap kayu panjang yang dipegangnya, kadang tubuh tua itu ikut bergetar kuat dan hampir terjebur ke dalam danau saat kailnya terlempar ke tengah-tengah danau, tempat ikan bergerombol.
“Baca; Wal Yatalatthof mbah, biar dapat ikan banyak.” Suara lirihku seperti tak didengar olehnya. Penggalan pada ayat surat Al Kahfi itu adalah bacaan yang tak pernah lepas saat aku mancing dulu, bacaan itu aku dapat dari putra kiai desaku, kadang juga bacaan itu manjur hingga bernasib mujur, bacaan itu seperti mengundang ikan untuk berebut cacing yang jadi umpan. Bacaan itu belum didengar pak tua. Mau terlontarkan dengan lantang tapi bibirku kalu, seperti terkunci. Aku mencoba mengulangi bacaan ayat itu lagi, tapi bibirku masih terkatup-katup tanpa bisa lantang bersuara. Tiba-tiba tangan renta itu terseret kayu yang dibawa ikan, tubuhnya mengikuti arah senar pancing yang dimainkan ikan, hal itu akan memunculkan raut muka bahagia, bahagia jika memang ikannya dapat tersangkut di pancingnya. Jika tidak, maka rasa ibaku akan meletup di dada. Lelaki tua tampak serius dengan pancingnya, tanpa memperhatikan tubuh rentanya yang terombang-ambing hampir jatuh di tepi danau. Dan raut mukanya tiba-tiba masam, padahal kailnya ditenggak ikan. Raut muka Masam itu muncul dari ikan yang tak menggiurkan. Memang pancing itu dapat ikan, tapi hanya ikan Mujahir kecil yang tak membahagiakan baginya. Tanpa sebuah komentar yang terlontar dari Giant dan dariku, ikan kecil itu dilempar kembali ke dalam danau.
“Iwak cilik, kasihan Rek...” Ucap pak tua, lalu membuang ikan kecil itu.
Kailnya kembali terlempar. Tak lama, kailnya kembali dibawa ikan. Sorot mataku ikut berbinar, dan ikut bahagia melihat tangan rentanya mengangkat kail.
“Aduh, ikan kecil lagi.” Ucapku lirih. Kail kembali dapat ikan kecil, dan ikan kecil itu
langsung dilempar lagi ke dalam danau, dia merasa kasihan dengan ikan yang belum cukup
umur jika dipanggang di atas kayu yang membara. Hal seperti itu berkali-kali terjadi. Hanya ikan kecil yang tertangkap, hingga kejadian itu sempat membuatku merasa kasihan. Mungkin pagi ini lelaki tua itu hanya dapat satu ikan untuk bisa dibawa pulang.
***
PAK TUA hanya menenteng satu ikan ukuran besar untuk bisa dibawa pulang. Pak tua berjalan meninggalkan kami, jalannya agak berat, entah karena bobot ikan yang dibawanya atau yang lainnya. Aku ragu dia salah satu penghuni perumahan ini. Sebab pakaian, cara berbicara serta tindak-tanduknya mirip orang pedalaman yang terdampar di tengah kota. Namun anehnya, ia tahu jika di tengah perumahan ini terdapat danau pemancingan.
Aku berjalan menuju ke tempat Sholeh melihat pemancing muda berbaris rapi di bawah pohon kelapa.
“Leh, enak kan berdiam diri di sini sambil lihat orang mancing?” Tanyaku saat sampai dekat Sholeh.
“Betul, aku pasti akan sering datang ke sini. Selain tempat ini indah, juga tak dipungut biaya lho...”
“Mana Giant?” Tanya Sholeh buru-buru.
“Giant lagi duduk di samping pohon besar itu, katanya masih capek.” Jawabku.
“Leh,”
“Apa?” Sholeh serius memandangku.
“Tadi di sana ada lelaki tua dapat ikan besar lho, tapi sayangnya hanya dapat satu ikan.” Ceritaku pada Sholeh.
“Hebat!” jawab Sholeh.
“Bisa dapat satu ikan di danau ini sudah dikatakan hebat, apalagi ikan besar. Karena dari tadi para pemancing muda yang berbaris rapi di sini tak ada satupun yang mendapatkan ikan.” Ucap Sholeh.
“Tak ada satupun pemancing yang dapat ikan?” tanyaku heran. Sholeh hanya mengangguk.
“Berarti lelaki tua tadi hebat, masak setiap kali kail dilempar, ikan langsung nyangkut di kailnya.” kataku.
“Kira-kira apa rahasianya ya, kok sekali lempar langsung dapat ikan?” Tanya Sholeh.  “Itu masalahnya Leh, aku juga belum sempat tanya, keburu lelaki tua itu pergi.”
“Apa mungkin…..” aku berhenti
“Mungkin apa?” tanya Sholeh penasaran.
“Apa mungkin ia mendengar mantra memancing yang kubisikkan, atau jangan-jangan ia penjaga danau ini?” Sholeh diam sejenak, tapi tiba-tiba ucapannya
Terlontar
“Mungkin juga.”
Kami lalu saling memandang.
                                                                                           Gresik, 2013



Tentang Penulis : Agus Ibrahim lahir 10 Desember 1990 di desa Sambungrejo, Rengel, Tuban Jawa Timur. Putra pertama dari pasangan H. Syuhada’ dan Hj. Siti Romadlonah. Ia menempuh pendidikan dasar di MI Mambaul Islam Losari Soko Tuban (lulus 2003), MTs Mambaus Sholihin Suci Gresik (lulus 2006), MAK Mambaus Sholihin (lulus 2009). Setamat MAK, ia masuk Fakultas Syari‘ah Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah di Institut Keislaman Abdullah Faqih (INKAFA) Suci Manyar Gresik (Lulus 2013).

          Dalam organisasi ia pernah menjadi Sekretaris OSIS MA Mambaus Sholihin periode 2008-2009, anggota Departemen Bahasa Arab periode 2009- 2010, Sekretaris Pusat OSPMS Pondok Putra Mambaus Sholihin periode 2010-2011. Di bidang Jurnalistik ia pernah menjadi Redaktur dan Lay Outer Majalah AL-FIKRAH mulai 2007 sampai 2011. Ia juga pendiri dan pimpinan umum Koran Mambast Pos sejak 2010 hingga sekarang. Ia juga mengajar Fiqih di Madrasah Diniyah Putra Mambaus Sholihin sejak 2011- sekarang, staf pengajar kursus Bahasa Arab, dan guru Bidang Studi PPKn di MTs Mambaus Sholihin hingga saat ini. Ia menyukai dunia tulis menulis sejak kecil, dan buku ‘Lalat dari Jerman’ ini adalah karya perdananya. Penulis yang sedang menyelesaikan novel ini sekarang masih tinggal di Pon.Pes. Mambaus Sholihin Suci Manyar Gresik. Kritik dan saran bisa dikirim di nomor 085731313185.

ATM dan Pengemis Tua. Cerpen Keempat Belas dalam Buku Kumpulan Cerpen Lalat dari Jerman










ATM dan Pengemis Tua
Guru ngaji gajinya seperti tak bergaji, mending melamar jadi guru Negeri’, ungkapan yang menyayat hati, tapi seperti angin lalu bagi Ustadz Fajar. Begitulah, gaji guru ngaji memang tak sebesar gaji seorang guru Negeri yang saking banyaknya kadang membikin ngeri. Tapi bagi orang seperti dirinya besarnya gaji bukanlah segalanya. Yang terpenting adalah mengajar anak mengaji kemudian bisa diamalkan itu sudah menjadi pelajaran luar biasa bagi Ustadz Fajar. Yang jauh lebih utama adalah gaji dari Allah yang kelak diterima di akhirat.
“Ayo ulangi, kalau pendek dibaca pendek, Nang!” suara penuh kesabaran Ustadz Fajar ketika mengajar Anang belajar membaca al Qur’an di Mushola perumahan Griya Asri.
“Man Aaamaaanaaa,” lafad yang diucap Anang menyalahi kaidah panjang-pendek bacaan al-Quran.
“Man Aamana,” Ustadz Fajar membenarkan.
Itulah kebiasaan Ustadz Fajar usai sholat maghrib di mushola. Setelah mengaji dan berjamaah sholat Isya’, ada kultum yang biasa ia sampaikan. Para anak di perumahan penuh hikmat mendengarkan petuah-petuah ustadz muda itu.
“Yadul ulya khoirun minal yadis sufla. Artinya ‘Tangan di atas itu lebih baik daripada tangan di bawah. Orang yang memberi itu lebih baik dari pada orang yang meminta. Adik-adik diusahakan memperbanyak shodaqoh. Shodaqoh itu dapat menolak musibah, dapat menggampangkan rizqi. Orang yang shodaqoh pasti akan dibalas kontan oleh Allah, baik langsung di dunia maupun di akhirat. Paham....?” ujar ustadz Fajar dalam kultumnya.
Kultum itu sebagai penutup kegiatan mengaji. Ibu-ibu yang kebanyakan tinggal di rumah perumahan Griya Asri sudah menunggu anaknya pulang. Usai mencium tangan Ust. Fajar anak-anak keluar dan menemui orangtuanya masing-masing.
“Ustadz, ini ada sedikit rizqi dari suami buat sampean,” Bu Mida menyerahkan amplop berisi uang kepada Ustad Fajar.
“Tidak usah, Bu, buat anak ibu atau buat membeli sayur saja,” Ustadz Fajar berusaha menolak amplop itu.
“Terima saja Ustadz. Tidak apa-apa” Bu Mida memaksa.
Dengan agak malu uang itu pun diterima Ustadz Fajar.
***
SETELAH shalat subuh, Ustadz Fajar mengisi ceramah di mushola perum. Griya Asri secara bergiliran. Dan di suatu hari Jum’at, isi ceramahnya membahas tentang kemuliaan hari jum‘at, yang sering dikatakan sebagai sayyidu al ayyam. Gaya ceramahnya renyah, terkadang diselingi humor. Dalam setiap pembicaraan Ustadz Fajar sering mengatakan ‘Islam itu indah’. Hal itu agaknya merupakan ciri khasnya.
Matahari mulai merangkak, dan kultum telah diakhiri dengan doa. Para warga mulai
meninggalkan musolla. Satu dua orang bahkan memasukkan amplop ke dalam saku Ustadz Fajar. Ada tiga buah amplop yang dia terima. Isi keseluruhannya tak kurang dari tujuh ratus ribu rupiah. Uang tersebut tidak ia makan sendiri, sebagian dia masukkan ke kotak amal. Ada juga yang dia tabung di bank dan dia pergunakan sebagai modal membeli kambing untuk digembalakan orang lain. Biasanya, setelah dia memperoleh rizki maka sebagian dari rizki tersebut ia belanjakan untuk kepentingan orang banyak. Seakan uang tersebut hanya mampir sebentar di tangannya.
Seiring berlalunya waktu, uang yang ada di tabungannya semakin bertambah. Bisa jadi sudah cukup untuk berangkat haji. Namun ia tetap menyimpan uang itu di bank. Jika ada keperluan mendesak maka ia akan pergi ke mesin ATM terdekat untuk mengambil sebagian uangnya. Sekedar untuk memenuhi keperluan itu. Seperti saat ini, ketika dirinya harus membayar uang kontrak rumah yang ia tempati. Ia pun menuju ke mesin ATM.  
“Nak, Mbah minta sedekahnya...,” ucap seorang pengemis tua sambil menengadahkan tangan. Sesaat setelah dirinya keluar dari ruangan ATM.
Sebenarnyalah ia merasa terketuk hatinya, tapi dirinya masih sangsi. Ah, pengemis ini pandai juga. Untuk mendapatkan uang ia berada di tempat yang tepat, katanya pada diri sendiri. Ia lalu mencari uang recehan di dalam saku bajunya, tapi dia tidak menemukan.
“Maaf, Mbah. Mungkin lain kali kalau saya ke sini lagi.” Katanya sambil menahan rasa malu di dasar hatinya. Selama ini dirinya getol menjelaskan tentang keutamaan sedekah, infaq dan sebagainya. Namun ketika dirinya berhadapan dengan situasi yang mengharuskan
dirinya untuk melaksanakan apa yang sering ia jelaskan dia justru tidak mampu. Dirinya malah memberikan alasan dan pembenaran terhadap kelemahannya.
Sekembalinya dari mesin ATM, Ustadz Fajar langsung memberikan uang sewa rumah kepada pemiliknya.
“Ini uang sewa rumah sampai dua tahun ke depan”
 “Ya, saya terima.” Ucap lelaki pemilik rumah
“O ya,” lanjut lelaki itu “Nak Fajar ini aslinya orang mana?”
“Sumatera, Pak,” jawabnya
“Kok bisa sampai ke pulau Jawa ini. bagaimana ceritanya?”
“Sebenarnya saya datang ke Jawa ini untuk mencari ibu saya, Pak. Dan sebelum saya menemukan ibu saya maka saya mengisi hari-hari dengan mengajar membaca Al Qur`an di sebuah perumahan.”
“Kok ibumu sampai hati meninggalkanmu ke Jawa, bagaimana ceritanya?”
“Ceritanya panjang, Pak. Dulu sebelum ibu saya menikah untuk yang kedua kalinya, setelah ayah saya meninggal, beliau diajak si Mbah merantau ke Sumatera. Setelah di Sumatera beliau menikah lagi dengan seorang lelaki duda yang kaya. Ibu saya itu orang miskin, Pak. Tapi katanya meskipun sudah menjadi istri orang kaya tetap saja merasa tidak bahagia. Lalu...”
“Sudahlah,” potong lelaki pemilik rumah
“tidak usah diteruskan ceritanya. Saya takut terlalu dalam mencampuri urusan keluargamu.” Ustadz Fajar pun berhenti.
“O ya, Nak. Kalau kau tidak sibuk bisakah saya meminta pertolonganmu? Misalnya saja membantu saya mengurusi ini dan itu.?”
“Dengan senang hati, Pak.” Katanya bersemangat.
Setelah agak lama bercakap-cakap, Ustadz Fajar mohon diri. Lelaki pemilik rumah itu
membuntuti pemuda yang menyewa rumahnya tersebut dengan tatapannya. Sebuah tatapan yang sedikit banyak menyiratkan rasa iba. “Ah, kasihan nasib pemuda itu. Dia ditinggal pergi ibu kandungnya. Semoga saja dia cepat menemukan ibunya” kata lelaki itu pada diri sendiri.
***
SUATU ketika Ustadz Fajar kembali datang ke lokasi mesin ATM. Sekadar mengecek saldo tabungannya. Betapa kaget dirinya ketika keluar dari ruangan. Perempuan tua yang kemarin dia beri janji akan dia kasih uang ada di tempat itu lagi. Dan karena suatu sebab, Ustadz Fajar tetap tidak memberinya uang.
“Mbah, lain kali saja. Nanti pasti akan saya beri,” ucapnya sambil melangkahkan kaki
meninggalkan tempat itu.
Suatu hari dirinya nekad. Dengan berbekal uang dua ratus ribu rupiah dia kembali pergi ke lokasi mesin ATM. Telah berulangkali dirinya menyodorkan janji pada pengemis tua. Dan hal itu seperti tumpukan hutang yang harus segera dia lunasi. Awalnya dia memang merasa berat, tapi ia pada akhirnya nekad. Namun apa yang dia temui di lokasi itu sungguh di luar dugaannya. Tempat itu berubah menjadi sepi. Tidak seperti biasanya. Dia juga tidak menemukan nenek pengemis yang ingin ia temui. Perempuan tua yang telah beberapa kali
menerima pemberian janjinya. Untuk mengetahui kemana perginya pengemis itu, Ustadz Fajar nekad bertanya pada seorang lelaki Tukang sapu.
“Ya Mas. Baru saja nenek yang sering mengemis di sini dibawa mobil satpol PP. Ada
penertiban dan razia orang gila serta pengemis. nenek itu ikut dibawa. Mungkin karena
banyaknya laporan warga perumahan yang merasa terganggu dengan menjamurnya para
pengemis di tempat umum, termasuk lokasi mesin ATM.”
Ustadz Fajar masih diam, si Tukang sapu melanjutkan “Ya, bagaimana tidak terganggu? Kadang orang yang pergi ke ATM tidak membawa uang recehan. Mustahil juga memberi para pengemis itu pecahan lima puluh ribu atau seratus ribu. Malah ada yang datang sekedar mengecek saldo atau transaksi lain. Tidak mesti mengambil uang lah.” Ustadz Fajar kemudian meninggalkan tempat itu. Hatinya dipenuhi sesal. Pikirannya akan terus terbebani sebab nenek pengemis itu tidak akan dilihatnya lagi. Ia lalu kembali dengan membawa segenggam hutang pada si pengemis tua.
                                                                                                          Gresik, 2013

Tentang Penulis : Agus Ibrahim lahir 10 Desember 1990 di desa Sambungrejo, Rengel, Tuban Jawa Timur. Putra pertama dari pasangan H. Syuhada’ dan Hj. Siti Romadlonah. Ia menempuh pendidikan dasar di MI Mambaul Islam Losari Soko Tuban (lulus 2003), MTs Mambaus Sholihin Suci Gresik (lulus 2006), MAK Mambaus Sholihin (lulus 2009). Setamat MAK, ia masuk Fakultas Syari‘ah Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah di Institut Keislaman Abdullah Faqih (INKAFA) Suci Manyar Gresik (Lulus 2013).


          Dalam organisasi ia pernah menjadi Sekretaris OSIS MA Mambaus Sholihin periode 2008-2009, anggota Departemen Bahasa Arab periode 2009- 2010, Sekretaris Pusat OSPMS Pondok Putra Mambaus Sholihin periode 2010-2011. Di bidang Jurnalistik ia pernah menjadi Redaktur dan Lay Outer Majalah AL-FIKRAH mulai 2007 sampai 2011. Ia juga pendiri dan pimpinan umum Koran Mambast Pos sejak 2010 hingga sekarang. Ia juga mengajar Fiqih di Madrasah Diniyah Putra Mambaus Sholihin sejak 2011- sekarang, staf pengajar kursus Bahasa Arab, dan guru Bidang Studi PPKn di MTs Mambaus Sholihin hingga saat ini. Ia menyukai dunia tulis menulis sejak kecil, dan buku ‘Lalat dari Jerman’ ini adalah karya perdananya. Penulis yang sedang menyelesaikan novel ini sekarang masih tinggal di Pon.Pes. Mambaus Sholihin Suci Manyar Gresik. Kritik dan saran bisa dikirim di nomor 085731313185.