Tarim– sepertinya tahun ini menjadi tahun duka bagi Hamam Yaman. Bagaimana tidak?! Keluarga kami, satu demi satu mulai bertolak pulang dan meninggalkan organisasi kecil yang dulu selalu menjadi naungan kebersamaan. Tahun ini, lima dari anggota Hamam Yaman telah menyelesaikan studinya di Universitas Al-Ahgaff. Dua dari mereka, Iskandar Zuhdi dan Muhammad Musthofa telah lebih dulu bertemu Indonesia beberapa minggu silam. Sedangkan tiga lainnya, Muhammad Ali Musyaffa’, Zainuddin Subhan, dan Mujiburrahman akanmenyusul beberapa hari ke depan. Rupanya tak berhenti di situ rentetan keluarga kami yang mulai menghilang. Belum sempat ketidak nyamanan kami pudar, tiba-tiba terhembus kabar, satu dari pioner penopang Hamam Yaman ternyata akan menyusul hal serupa, bahkan lebih cepat dari yang kami perkirakan.
Yah, beliau tentu tidak jauh dari salah satu putra Romo Kyai Masbuhin yang memang dikirimkan untuk menjadi qudwah dan pembimbing kami di negeri gersang ini. Setelah Agus Muhammad Najib setahun lalu, kini tiba giliran Agus Muhammad Anas harus berkemas dan bersiap mengabdi di ujung Indonesia sana. Kamis malam(30/10), acara walimatus safar pun digelar. Mengagetkan memang, karena Sabtu ini (01/11), beliau bersama keluarga akan memulai perjalanan pulang dengan terlebih dahulu menuju Negara Oman. Dan Insyaallah hari Senin (03/11), pesawat Ettihad akan mengantarnya menujuTanah Air. Mengantarkannya menuju tanah pengabdian baru yang lebih menantang.
Hamam Yaman mungkin terasa goyah, tapi insyaallah tekad ini akan tetap membara. Tekad untuk tetap bersatu dan saling menjaga silaturrahim di bawah sebuah ikatan sebagai anak-anak Romo Kyai Masbuhin Faqih. Memang benar sebuah pepatah, mati satu tumbuh seribu. Kehilangan 6 anggota yang sangat berarti bagi kami, teryata mendapat ganti dari Allah dengan jumlah yang lebih besar. 10 anggota baru Hamam Yaman yang baru saja mendarat di Kota Mukalla.
Pengorbanan dan jasa kalian tentu sangat besar. Agus Muhammad Anas yang bertahun-tahun menjaga dan mengingatkan kami. Menyediakan tempat dan segala sesuatunya untuk perkumpulan organisasi kecil ini, hingga menjadi sahabat akrab tanpa sekat yang selalu kami rasakan selama ini. Hadirmu memang sangat membekas di hati kami, menyisakan kenangan yang dalam. Wajar jika kami merasa kehilangan dengan perpisahan ini. Perpisahan dalam suasana Tarim yang benar-benar Islami, dan tentu tidak akan ditemukan di sudut Indonesia sana. Kehadiran Ali Musyaffa, ketua Hamam Yaman periode pertama, yang menyulut perkembangan organisasi Hamam Yaman. Rekan-rekan seangkatannya yang turut menghembus api semangat hingga kami bisa berdiri tegak dengan membawa nama organisasi ini. Musthofa, Nur Fuad Hasan, Iskandar Zuhdi, Zainuddin Subhan, Mujiburrahman. Aaah, terlalu banyak kenangan itu sehingga kami pun tak bisa mengingatnya satu demi satu. Sekalil agi mungkin wajar jika ini menjadi pil pahit yang harus kami telan. Tapi kami mengerti, tugas pengabdian tengah menanti kalian di sana. Gerbang pengabdian yang sebenarnya telah benar-benar dibuka untuk kalian sekarang. Dan mungkin hanya doa yang bisa kami kirimkan untuk kesuksesan kalian. Semoga perpisahan ini menjadi sebuah akhir yang khusnul khotimah bagi kalian dan menjadi sebuah pelecut semangat agar kami bisa mencapai akhir yang juga khusnul khotimah. Amiin.
Catatanini kami persembahkan sebagai pemantik ingatan atas jasa kalian, sekaligus sebagai pengiring doa demi perjalanan baru kalian yang baru saja dibuka gerbang agungnya. Selamat mengabdi dan selamat mengukir jati diri.
Keheningan Tarim Dalam Dekap Gulita Sang Malam
Kamis, 30 Oktober 2014
23:23 KSA
Mewakili Keluarga Hamam Yaman, Me: Adly Al-Fadlly
0 komentar:
Posting Komentar