468x60 Ads

Perjalanan Religi KH Masbuhin Faqih di Tarim Yaman

Hamam Yaman bersama KH Masbuhin Faqih. (2013)







         Perjalanan Religi KH Masbuhin Faqih di Tarim Yaman

Gus Najah, KH Masbuhin Faqih, Gus Aim. (2013)
   TAREEM – Senja kali itu sungguh berbeda. Setitik rasa menyeruak menelusup ke relung-relung jiwa dalam raga. Memicu gejolak rindu untuk keluar setelah lama terpendam tak tertahankan. Berbondong-bondong, menuruti bisikan kata hati kami memacu sepeda menuju flat yang terletak di kawasan Darul Musthofa. Semakin mendekati flat, harum sosok itu semakin jelas menyengat. Berdentam-dentam memaksa rasa rindu ini untuk keluar dari dalam dada. Keluar untuk bertemu dengan sosok yang dirindukan. Tiba di flat baru agus Muhammad Anas, kami menemukan sosok itu terduduk di antara saudara-saudara kami yang mengerumuni beliau. Allah, sosok itu terlihat semakin menua. Bekas-bekas hitam yang tampak di keningnya membuat kami harus merasakan rindu ini lebih dahsyat dari yang kami pendam. Sosok yang kami tunggu kedatangannya. Sosok yang selalu kami rindukan petuahnya. Sosok teduh berwibawa yang telah memberi keteladanan besar dalam hidup kami dan semuanya.

    Kamis (28/02) pertama kali beliau tiba di kota Tareem al-ghonna setelah sebelumnya, rabu pagi singgah di kota Mukalla. Bagaikan oase di padang gersang, hati kami yang kering mendapat siraman yang begitu kami dambakan. Beberapa kali beliau mengingatkan tugas kami sebagai seorang pelajar. Beliau menyitir beberapa kalam hikmah dan menekankan adab di kota yang terkenal akan ribuan walinya ini. Adab, yah kata itu yang seringkali beliau singgung dalam pertemuan yang begitu akbar bagi kami. Adab adalah pokok utama yang beliau kemas dalam kalam hikmah yang begitu panjang nan menenangkan. Karena kota tareem bukanlah sembarang kota. Jika kita mampu menjaga adab di kota ini, insya allah kita akan merasakan atsar yang sangat besar di balik itu semua. Jangankan kami yang tinggal selama 5 tahun. Bahkan beliau yang hanya beberapa hari mampu merasakan atsar dari kota yang menjadi salah satu lukisan surga dunia ini. Beliau mengatakan seharusnya kami bersyukur bisa tinggal di kota ini, karena kota ini merupakan secuil dari panorama akhirat dan benar-benar mengingatkan akan kehidupan kedua kami kelak. Setelah majlis kerinduan itu digelar, kami bersama beliau serta agus Majdudin, Agus Muhammad Najib, agus Muhammad Anas, agus Muhammad Ainun Naim dan agus Muhammad Sa’dul Kholqi berbondong-bondong menuju Darul Musthofa untuk mengikuti rangkaian perjalanan pertama yaitu Maulid Nabi bersama Habib Umar bin Hafidz. Setelah sholat isya’ nampaknya kerinduan beliau kepada Habib Umar terobati sudah. Disambut senyum teduh habib Umar, beliau dan kami berhasil bertemu dan mushofahah dengan Habib Umar.     Jumat pagi (01/03) langkah kaki beliau melangkah menuju central kota tareem yaitu maqbaroh Zambal yang mana setiap jumat pagi selalu rutin diadakan ziaroh kubur para habaib kibar yang dipimpin oleh habib Ali Masyhur dan Habib Umar bin Hafidz. Di maqbaroh ini beliau merasakan kedekatan dan rasa mahabbah yang lebih dengan para dzurriyyah rosul karena maqbaroh zambal adalah tempat para auliyaillah dan habaib disemayamkan diantaranya imam Faqih Muqoddam, imam Al-Haddad dan lain sebagainya.

    Perjalanan beliau tak hanya berhenti sampai di situ, karena esoknya, hari sabtu (02/03) langkah beliau menapak menuju masjid-masjid bersejarah di kota Tareem di antaranya masjid Ba Alawy, masjid Al-Muhdlor yang terkenal dengan menara setinggi 40 meter yang terbuat dari tanah liatnya serta masjid Al-Fath tempat ibadah imam Al-Haddad. Tak hanya masjid, beliau juga mengunjungi para habaib yang masih hidup di antaranya habib Salim Asy-Syatiri dan Habib Abu Bakar bin Smith. Sore harinya, sesuai yang telah terjadwal di bumi Hadhramaut, beliau berangkat menuju kota Seiyun, berjarak satu jam dari kota Tareem untuk menghadiri Haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi (shohib maulidul haabsyi simtud duror) yang dihadiri lebih dari ratusan orang dari berbagai negara.


Hamam Yaman bersama KH Masbuhin Faqih. (Perjalanan Kyai usai Umroh; langsung menuju negara Yaman).

    Hari Ahad (03/03) langkah beliau selanjutnya menuju kota Husaisah, tempat di mana jadd seluruh Habaib hadhramaut dimakamkan, beliau adalah Imam Al Muhajir Ila Allah Ahmad bin Isa. Sosok yang selalu kita kirim al fatihah di kala membaca rotibul haddad.

    Senin pagi (04/03), beliau berlanjut menuju desa Inad tempat kubah maqom syekh Abu Bakar bin Salim berada. Beliau adalah jadd dari habib Umar bin Hafidz. Malam harinya, tepatnya tadi malam, acara puncak digelar di flat agus Muhammad Anas. Tak lain dan tak bukan adalah acara pamit undur diri beliau dari kota tareem. Serasa hampa, kerinduan kami belum sepenuhnya terobati. Dalam kurun waktu beberapa hari, senyum beliau, nada bicara beliau serta kalam beliau begitu mengisi relung ini yang benar-benar telah kering dari aliran bimbingan beliau. Entah, kapan lagi kami bisa bertemu beliau. Hanya tuhan yang tahu. Acara yang juga dikemas dengan acara tahlil 40 puluh harinya Bu Nyai serta dalam rangka taisir umur kehamilan istri agus Muhammad Anas serta kepulangan beliau itu dihadiri oleh santri-santri Mambaus Sholihin Yaman, KESAN Langitan serta beberapa orang dari Darul Musthofa. Hari ini (05/03) beliau bertolak menuju kota Mukalla. Singgah di sana sampai hari Sabtu untuk kemudian kembali ke tanah air, berkumpul kembali bersama saudara kami di Indonesia. Doa kami selalu teriring untukmu ya Syaikhina. Nuhibbuka fillah. Senyummu, nasehatmu serta kalammu akan selalu kami letakkan dalam dada. Mengiringi hari-hari kami sebagai wujud ridlomu pada kami, anak-anakmu. Malam perpisahan berurai titik-titik kerinduan, bi qolami al faqir Adly Al-Fadlly (Reporter Mambast Pos Yaman) .


0 komentar:

Posting Komentar