7 Negara ucapkan HUT Mambast Pos. |
GENAP 1 TAHUN AKU MEMBUKA MATA. Mengukir sejarah dengan tinta hitam kebanggaan penulis berpadu dengan merah darah para pejuang. 365 hari yang lalu. 05 Desember 2010. Aku terlahir dari rahim Mambaus Sholihin. Terlahir dengan sejuta harapan, sejuta inspirasi dan sejuta motivasi untuk mambaus sholihin. Tak ada tangis, tak ada tawa. Hanya ada semangat membara dalam mencipta lembar-lembar sejarah yang terserak. Menyatukannya dalam tulisan yang akan mengikatnya abadi. Tak kan hilang ditelan masa. Demi satu nama yang begitu aku damba MAMBAUS SHOLIHIN.
Aku tak pernah lupa satu kata yang begitu akrab di telingaku sejak diriku lahir. JAS MERAH (Jangan sekalipun melupakan sejarah). Terucap lantang dari bibir ir. Soekarno, presiden pertama Indonesia 66 tahun silam. Kata-kata itu menancap kuat dalam memoriku. Melecut semangat hidupku, menyadarkanku bahwa kehadiranku ditengah-tengah Mambaus Sholihin adalah untuk meneriakkan pada seisi dunia tentang keberadaan dan keeksisan Mambaus Sholihin dari masa ke masa. Mengukir sejarah, mengumpulkan lembar demi lembar memori, keping demi keping slide-slide yang pernah terjadi di bumi Mambast. Menyatukannya dengan tinta hitam kebanggaan dalam bentuk tulisan yang kelak akan menjadi saksi kehidupan Mambaus Sholihin. Bukankah imam Ghozali pernah berkata bahwa sebuah tulisan merupakan ikatan yang tak akan hilang ?
Dari awal aku tak begitu yakin bisa hidup menemani Mambaus Sholihin. Tapi tidak untuk sekarang. Seiring dengan semangat orang-orang yang menjalankan diriku, aku tak lagi takut. Aku berani menatap masa depan cerahku demi Mambaus Sholihin. Suntikan energi yang diberikan oleh mereka begitu menyulut semangat hidupku. Mengisiku dengan coretan tinta tentang Mambaus Sholihin serta mengukir tubuhku dengan sejarah Mambaus Sholihin. Aku terus berharap, diriku mampu menjadi sejarah keabadian Mambaus Sholihin. Aku juga ingin, suatu ketika nanti melalui diriku semua orang tahu tentang Mambaus Sholihin. Dari sanalah aku akan menjadi sebuah sejarah. Yang akan dikenang dan takkan punah meski zaman telah berubah.
Tiga Nyawa Mambast Pos: Agus Ibrahim, Fadlillah, Alvin. |
Dengan langkah terseok-seok aku mulai merangkak hingga kini satu tahun berhasil aku lewati dengan perjuangan hidup yang begitu berat. Banyak hambatan yang aku temui dalam perjuanganku. Hambatan Layaknya ajal yang menghentikan kreatifitasku. Kala komputer yang menjadi makanan pokokku rusak, print pengobat dahagaku tersendat, kala aku harus mengalah demi tugas-tugas yang lain yang lebih penting dariku dan satu hambatan yang sangat aku takuti kala tenaga orang yang menjalankanku begitu terbatas. Dari tenaga merekalah aku bisa tetap kokoh berdiri menampung semua serpihan sejarah Mambaus Sholihin yang aku kumpulkan dan aku simpan dalam tubuhku. Masih terekam dalam memoriku dan takkan hilang, tak akan pernah, Perjuangan awal diriku yang hanya dijalankan oleh 3 orang yang begitu gigih mempertahankan keeksisanku. Wajah semangat Mas Ayib Abraham (Agus Ibrahim), Adly Al Fadly (Fadlillah) dan Mas AL (Alvin Nur Choironi). Di tangan merekalah aku mulai merangkak meski terseok-seok tanpa dana untuk menghidupiku. Tapi, berbekal tekad untuk membangun sejarah dan semangat untuk berkarya akhirnya kehidupanku sedikit demi sedikit mulai memancarkan titik terang masa depan.
Dengan iringan waktu yang terus berputar, aku terus menyusun sejarah, menatanya layaknya puzzle yang harus aku rangkai. Mencipta sedikit demi sedikit serakan sejarah Mambaus Sholihin, menyimpannya dan suatu saat nanti diriku akan muncul sebagai kenangan yang takkan terlupa. Dan waktu pulalah yang akhirnya merubah takdirku menjadi lebih baik. Kini, aku telah sanggup berdiri. aku sanggup menyajikan banyak dari sejarah-sejarah Mambaus Sholihin yang tersia-siakan dan telah berhasil aku kumpulkan. Kini aku telah memiliki ruangan untuk diriku sendiri, semakin banyak orang-orang yang menjalankan diriku. Banyak dari mereka yang sangat memperhatikan diriku. Aku semakin yakin hidupku akan mampu mengiringi Mambaus Sholihin karena aku adalah separuh jiwanya. Aku adalah sejarahnya.
Logo Hari Ulang tahun 5 Desember. |
Setahun bukanlah waktu yang singkat dalam berjuang. Tapi aku juga sadar perjuanganku masih panjang. Aku harus tetap eksis. Harapanku di usiaku yang menginjak setahun ini hanya satu. Aku ingin menjadi sejarah keabadian Mambaus Sholihin karena aku yakin, sepuluh tahun yang akan datang, 20 tahun yang akan datang atau bahkan seribu tahun yang akan datang aku pasti berguna. Aku akan tetap hidup. Meski semuanya habis tak berbekas. Akan aku teriakkan pada dunia nama Mambaus Sholihin. Akulah sejarahnya. Akulah sang pendongeng tentang Mambaus Sholihin karena aku punya catatan sejarah Mambaus Sholihin yang telah ditulis oleh tinta hitam mereka. Sadarlah, sejarah adalah sesuatu yang sakral. Yang harus tetap ada dan tetap terjaga. Karena dengan sejarah kita akan mengetahui semua yang terjadi dengan sejarah itu. Sejarah mampu menjadi motivasi serta inspirasi dan sejarah adalah saksi dari adanya sebuah kehidupan. Akulah Tinta Sejarah Mambaus Sholihin./Adly @l-Fadlly (Doaku selalu terpancar dari balik lembah pesona Ratu Balqis)
0 komentar:
Posting Komentar