Umroh Keluarga Besar Mambaus Sholihin 2013
SORE MENJELANG MAGHRIB, Romo KH Masbuhin Faqih berjubah putih dan memakai imamah menuju muhsola Akbar, santri-santri putra langsung menata barisan shof dengan rapi, dan sebagian berdiri. Sholat maghrib sore ini (Senin, 11 Februari 2013) Romo Kyai yang jadi imam. Usai membaca wirid dan sholat rowatib, beliau duduk di depan para santri memberi nasehat, nasehat bagi seorang penuntut ilmu untuk mengerti posisi Abu al Jasad dan Abu ar Ruh, yang tak lain menanamkan rasa hormat pada seorang orangtua dan seorang guru yang telah mendidik ruh setiap muridnya. Isi nasehat beliau yang panjang lebar membahas adab seorang murid pada seorang gurunya disampaikan dengan bahasa arab yang fasih, suara yang tegas dan jelas membuat santri hidmat mendenngarnya. Malam itu juga, beliau minta izin dan pamit kepada semua santri. Karena keluarga besar pondok pesantren Mambaus Sholihin akan berangkat ke kota suci Makkah untuk melaksanakan Umroh. Keberangkatan Umroh KH Masbuhin Faqih dan keluarga tak lain untuk meneruskan niat dan keinginan Bu Nyai Ainiyah saat beliau masih sehat sebelum masuk rumah sakit Petrokimia Gresik pada 14 Januari 2013. Rencana suci menuju kota suci itu belum kesampaian, sehingga Bu Nyai sowan pada ilahi robbi pada 20 Januari 2013. Rencana mulia itu besok tepatnya hari Rabu 13 Februari 2013 pukul 03 dini hari akan dilaksanakan oleh keluarga berangkat dari Juanda menuju Makkah al Mukarromah.
Umroh selama 15 hari di kota suci Makkah, dan diteruskan oleh Pengasuh bersama Agus Majdudin menuju Tarim Yaman untuk menjenguk Agus Aim, Ning Musyafaah, Gus Najib, Gus Anas dan alumni Mambaus Sholihin yang belajar di sana. Pengasuh selain bermaksud menghibur putra-putranya yang masih dalam duka atas meninggalnya Bu Nyai, juga untuk silaturrahmi kepada rektor ahgaff (Prof Habib Baharun) sekaligus memintai kesediaan sang rektor untuk memberi izin Gus Najib guna bisa pulang ke Indonesia (mengabdi di Mambaus Sholihin –red). “Semoga Habib Baharun memberi izin kepada menantu saya (Gus Najib-red) untuk dibolehkan pulang dan mengabdi di pondok Mambaus Sholihin, karena sudah dua kali Gus Najib meminta izin, tapi sang Rektor belum kasih izin. Semoga yang ketiga kalinya ini Habib Baharun memberi izin kepada menantu saya, karena Gus Najib adalah santri Indonesia pertama yang di ahggaf begitu juga putri saya Musyafaah mahasiswi indonesia pertama yang sekarang sudah 14 tahun di sana. Semoga Habib Baharun mendapat isyarat dari Allah, sehingga memberi izin kepada menantu dan putri saya setelah lulus munaqosah S3 universitas ahgaff.” Ucap Romo Kyai.
Dalam kesempatan malam ini, beliau meminta doa kepada santri. “Semoga keberangkatan saya dan keluarga ke Makkah dan ke Yaman dapat ridlo Allah, selalu dijaga kesehatan dan keselamatan hingga bisa kembali ke pondok untuk mengajar para santri-santri. Dan selama saya tidak di pondok, kegiatan harus tetap berjalan sebagaimana mestinya, peraturan pondok tetap ditaati, jangan ditinggal kyainya pergi ke luar malah yang di pondok merasa bebas dan tak mentaati peraturan. Saya harap pengurus tetap menjalankan amanatnya dengan niat Khidmah pada pondok, untuk menjalankan semua kegiatan berjalan sebagaimana mestinya” ucap beliau dan kemudian ditutup doa. /Mambast Pos/agus ibrahim.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
2 komentar:
saya kangen pondok mambaus sholihin.. meski saya cuman mondok 9 bulan. tapi itu kenangan dlm hidup ini.. bnyak ilmu yg ku peroleh dri ponpes ini.. terima kasih
Mamba'us Sholihin.....
Banyak Yang Q thu dr sni,Menginjak kaki pertama KaLI Di Pondok Pesantren MBS, serasa dituntut Menjadi oRang yg "Khoirunnas An Fa'uhum Linnas..........
Posting Komentar