468x60 Ads

SATU HARI DUA DUKA

AJAL MANUSIA
tak ada yang tahu kapan datangnya, hanya Allah semata yang tahu kapan nafas manusia berhenti. Selasa 5 Pebruari 2013 menjadi hari duka bagi Mambaus Sholihin, dua santri (putra-putri red) dipanggil yang maha kuasa. Nurma Wahyuni, pengurus putri pondok Mambaus Sholihin II (Pondok putri selatan-red) jam delapan pagi kemarin (5/02) mengembuskan nafas terakhir di rumahnya. Santriwati lulusan MA Mambaus Sholihin 2012 jurusan Bahasa itu dikabarkan izin pulang untuk mengambil KTP, tapi karena ada udzur sakit yang lumayan lama (penyakit dalam) sehingga tidak bisa langsung kembali ke pondok, baru setelah ada rencana akan kembali ke pondok pada hari Selasa (5/02), takdir berkata lain, santriwati asal Benjeng Gresik itu wafat.
Pagi kemarin menjadi hari duka bagi santriwati Mambaus Sholihin, pengurus pondok selatan bagian dept. Pengairan kelahiran Gresik 26 Agustus 1993 itu begitu cepat meninggalkan dunia. Hari selasa yang direncanakan akan kembali ke pondok untuk kembali menuntut ilmu sekaligus mengabdikan diri sebagai pengurus itu menjadikan tangis kesedihan bagi keluarga, terutama ibunya. Padahal pagi itu almarhumah meminta gorengan buatan ibunya untuk bisa dibagi pada teman-temannya saat sampai pondok. Tapi itu semua hanya rencana, tuhan tetap yang menentukan ajal kapan dijemput. Hari itu juga para santriwati pondok selatan (Ponsel) mengadakan sholat ghoib sekaligus kirim doa untuk almarhumam Nurma Wahyuni.
Kabar duka juga dirasakan di pondok putra Mambaus Sholihin. Fakhin sapaan dari nama lengkap Muhammad Fahrur Rozi Khozin al Qurtubi itu wafat kemarin (5/02) di usia 15 tahun. Laki-laki kelahiran Jakarta 4 Juli 1998 itu hari-hari sebelumnya tidak diketahui penyakitnya. Menurut teman sekelasnya, Fakhin kakinya keseleo (terkilir) sehingga dia lebih banyak menginap di UKP (Unit Kesehatan Pondok). Dalam keadaan kakinya sakit digerakkan dalam beraktifitas, sosok Fakhin tetap semangat dalam menuntut ilmu. Untuk bisa mengikuti kegiatan belajar-mengajar (KBM) diniyah, ia satu hari kemarin (3/02) masih mengikuti diniyah di lantai 3 gedung MTs dengan perjalanan dituntun oleh temannya.
Putra bapak Marzuqi itu dikenal tidak banyak tingkah, sering diam sehari-harinya. Secara penyakit, dia selain kakinya terkilir juga sering merasa pusing kepala dan panas. tanda-tanda penyakit yang parah tidak ada di sosok siswa kelas 3 E Mts ini, selama menginap di UKP, dia masih aktif mengikuti sholat jamaah di ruang setempat. Kepergiannya sangat cepat, shubuh saat itu dia masih ikut berjamaah dan setelahnya dia istirahat di UKP, mendekati masuk waktu dzuhur saat penjaga ruang kesehatan ikut tidur dekat dengannya, tiba-tiba ada suara yang terucap dari Fakhin. “Aku bangun setelah mendengar ada suara merintih, aku bangunkan dia, karena aku kira ngingau (ngelindur) dan saat itu dia langsung dilarikan ke Klinik karena takut ada apa-apa.” kata Najwan penjaga UKP saksi mata. sedang menurut Kholil, pengurus yang membopong tubuhnya dari UKP menuju klinik menyatakan, “Dalam keadaan ketakutan kalau ada apa-apa dengannya, saya larikan ke Klinik, saat saya bawa menuju klinik keadaanya sudah lemas, saat diperiksan oleh dokter, dia sudah tak bernafas. Sepertinya dia menghembuskan nafas terakhir di ruang kesehatan.” tuturnya saat menunggu jenazah dimandikan kemarin sore.
Menurut Maimun, kepergiannya begitu cepat, padahal siang itu juga ibunya yang ada di jakarta baru saja mentranfer uang untuk Fakhin dan adiknya Ikrom kelas 6 MI yang tinggal di kediaman Pak Malik. Dan kabar duka itu membuat ibunya tak percaya setelah dihubungi maimun, ibunya tak bisa menahan kesedihan yang tiba-tiba datang mengagetkan.
Sore itu juga 17.00 WIB jenazah disholatkan di mushola akbar dipimpin oleh KH Masbuhin Faqih, doa oleh KH Zainul Arifin dan Isyad oleh Ust H Abdul Malik. Jenazahnya baru dibawa ke juanda pukul 19.05 WIB sampai juanda 20.10 WIB dan tak off 23. 05 WIB.
Sosok Syahid akhirat ini telah wafat, sosok Fakhin adalah pejuang ilmu yang meninggal dalam tholabul ilmi. Bagi teman-teman santri yang merasa punya hak utang-piutang dengan almarhum untuk segera menyelesaikannya di Ust. H Malik. Semoga dosa-dosa almarhum diampuni Allah, semoga amal baik selama bermualah dengan manusia diterima di sisi-Nya. Semoga Surga adalah tempat yang pantas bagi seorang santri yang wafat dalam keadaan menuntut ilmu ini. Allahummagfirlahu, warhamu waafihi wa’fu’anhu.....(Mambast Pos/Selasa 5 Februari 2013)

0 komentar:

Posting Komentar