Malam Menemani Sahabat Revena
Sahabatku…..
Di
malam tanpa kerlip cahaya ini aku masih dapat melihat wajahmu….
Aku
masih bisa mengedipkan mata dan mengirup udara
Gelap
tak lagi petang, terang tak harus benderang…
Tapi
bersahabat dengan kalian hati berbinar senang dan riang….
Sahabatku…..
Dulu
kita duduk sebangku dan membaca se-irama
Menulis
dan memahami bersama
Tapi
hari esok sudah berbeda
Jangan
salahkan hari dan tanggal apalagi tahun
Tapi
Salahkanlah pertemuan…
Pertemuanlah
yang mengundang perpisahan….
Sahabatku…..
Kertas
akan selalu basah memeras air mata
Air
mata akan selalu dingin membaca suasana
Suasana
akan selalu rindu pada pertemuan
Pertemuan
yang paling rindu dengan suasana air mata adalah
20
tahun yang akan datang….
Sahabatku…
Revena
adalah tempat kita bercerita
Berbagi
rasa dan menebar senyum bahagia….
Reneva
boleh di sana, tapi jiwa harus selalu bersama
Revena
kenangan manis kita yang tak akan kikis
Revena
ada karena kita
Revena
jaya karena semangat membara
Revena
hanya milik Seven A….
Sahabatku…..
Malam
ini aku menangis…
Aku
tak bisa kumpul se-lantai dengan kalian…
Tapi
tangisanku akan selalu jatuh ke lantai bersama kesepian…
Malam
ini aku menangis….
Aku
tak bisa berbagi luka karena kau tak lagi berduka…
Tapi
aku hanya bisa membius diam menuju angkasa jua…
Malam
ini aku menangis…
Apa
kau juga mau menangis…?
Kalau
kau benar sahabat yang erat, marilah kita menangis bersama
Menyanyilah
bersama dan menangislah bersama….dengar inilah irama:
Tak pernah terpikir olehku
Tak sedikit pun ku bayangkan..
Kau akan pergi tinggalkan ku sendiri*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Begitu sulit ku bayangkan
Begitu sakit ku rasakan
Kau akan pergi tinggalkan ku sendiri….
Tak sedikit pun ku bayangkan..
Kau akan pergi tinggalkan ku sendiri*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Begitu sulit ku bayangkan
Begitu sakit ku rasakan
Kau akan pergi tinggalkan ku sendiri….
Di bawah batu nisan kini kau tlah sandarkan
Kasih sayang kamu begitu dalam
Sungguh ku tak sanggup ini terjadi
Karna ku sangat cinta….
Kasih sayang kamu begitu dalam
Sungguh ku tak sanggup ini terjadi
Karna ku sangat cinta….
Ini lah saat terakhirku melihat kamu
Jatuh air mataku menangis pilu
Hanya mampu ucapkan selamat jalan kasih
Jatuh air mataku menangis pilu
Hanya mampu ucapkan selamat jalan kasih
Satu jam saja ku telah bisa
Cintai kamu kamu kamu di hatiku
Namun bagiku melupakanmu
Butuh waktuku seumur hidup 2 x
Cintai kamu kamu kamu di hatiku
Namun bagiku melupakanmu
Butuh waktuku seumur hidup 2 x
Di nantiku
Revena
Menemani Malam 23 Juni 2012
Suaraku Hanya Untuk Satu Pemimpin
Suaraku
jadi bukti yang terpatri
Sesekali
putih mereka perih
Sesekali
ganda mereka hina
Sesekali
kosong mereka banyak omong
Aku
bingung mau pilih yang mana?
Tiga
diantara mereka adalah satu nyawa satu asa
Satu
diantara dua ada yang merana
Akupun
dengan hati menjelma jadi satu suara
Suaraku
hanya untuk pemimpin yang banyak bekerja
Rabu. Suci,
14 Maret 2012. Pukul : 13.45
(Saat
Pemilu BEM I 2012-2013)
Sejarah Koran Mambast Pos Pondok Pesantren Mambaus Sholihin
Mambast Pos adalah media informasi aktual seputar pondok pesantren Mambaus Sholihin. Media berbentuk koran ini awal kali terbit pada 5 Desember 2010 saat Agus Ibrahim menjabat Sekretaris pusat pondok pesantren Mambaus Sholihin Masa khidmah 2010-2011.
Seiring dengan berjalannya waktu, kini Mambast Pos sudah dikenal oleh santri Mambaus Sholihin dan Alumni. Berita yang tersajikan dengan format selembaran koran yang tertempel di Mading pondok (putra-putri) ini juga bisa diakses oleh almuni di jejaring facebook (page : MAMBAST POS) dan blog; http://mambastpos.blogspot.com.
Seiring dengan berjalannya waktu, kini Mambast Pos sudah dikenal oleh santri Mambaus Sholihin dan Alumni. Berita yang tersajikan dengan format selembaran koran yang tertempel di Mading pondok (putra-putri) ini juga bisa diakses oleh almuni di jejaring facebook (page : MAMBAST POS) dan blog; http://mambastpos.blogspot.com.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------
MAMBAST POS mengukir sejarah dengan tinta hitam kebanggaan penulis berpadu dengan merah darah para pejuang. 365 hari yang lalu. 05 Desember 2010. Aku terlahir dari rahim Mambaus Sholihin. Terlahir dengan sejuta harapan, sejuta inspirasi dan sejuta motivasi untuk mambaus sholihin. Tak ada tangis, tak ada tawa. Hanya ada semangat membara dalam mencipta lembar-lembar sejarah yang terserak. Menyatukannya dalam tulisan yang akan mengikatnya abadi. Tak kan hilang ditelan masa. Demi satu nama yang begitu aku damba MAMBAUS SHOLIHIN.Aku tak pernah lupa satu kata yang begitu akrab di telingaku sejak diriku lahir. JAS MERAH (Jangan sekalipun melupakan sejarah). Terucap lantang dari bibir ir. Soekarno, presiden pertama Indonesia 66 tahun silam. Kata-kata itu menancap kuat dalam memoriku. Melecut semangat hidupku, menyadarkanku bahwa kehadiranku ditengah-tengah Mambaus Sholihin adalah untuk meneriakkan pada seisi dunia tentang keberadaan dan keeksisan Mambaus Sholihin dari masa ke masa. Mengukir sejarah, mengumpulkan lembar demi lembar memori, keping demi keping slide-slide yang pernah terjadi di bumi Mambast. Menyatukannya dengan tinta hitam kebanggaan dalam bentuk tulisan yang kelak akan menjadi saksi kehidupan Mambaus Sholihin. Bukankah imam Ghozali pernah berkata bahwa sebuah tulisan merupakan ikatan yang tak akan hilang ?
Dari awal aku tak begitu yakin bisa hidup menemani Mambaus Sholihin. Tapi tidak untuk sekarang. Seiring dengan semangat orang-orang yang menjalankan diriku, aku tak lagi takut. Aku berani menatap masa depan cerahku demi Mambaus Sholihin. Suntikan energi yang diberikan oleh mereka begitu menyulut semangat hidupku. Mengisiku dengan coretan tinta tentang Mambaus Sholihin serta mengukir tubuhku dengan sejarah Mambaus Sholihin. Aku terus berharap, diriku mampu menjadi sejarah keabadian Mambaus Sholihin. Aku juga ingin, suatu ketika nanti melalui diriku semua orang tahu tentang Mambaus Sholihin. Dari sanalah aku akan menjadi sebuah sejarah. Yang akan dikenang dan takkan punah meski zaman telah berubah.
Dengan langkah terseok-seok aku mulai merangkak hingga kini satu tahun berhasil aku lewati dengan perjuangan hidup yang begitu berat. Banyak hambatan yang aku temui dalam perjuanganku. Hambatan Layaknya ajal yang menghentikan kreatifitasku. Kala komputer yang menjadi makanan pokokku rusak, print pengobat dahagaku tersendat, kala aku harus mengalah demi tugas-tugas yang lain yang lebih penting dariku dan satu hambatan yang sangat aku takuti kala tenaga orang yang menjalankanku begitu terbatas. Dari tenaga merekalah aku bisa tetap kokoh berdiri menampung semua serpihan sejarah Mambaus Sholihin yang aku kumpulkan dan aku simpan dalam tubuhku. Masih terekam dalam memoriku dan takkan hilang, tak akan pernah, Perjuangan awal diriku yang hanya dijalankan oleh 3 orang yang begitu gigih mempertahankan keeksisanku. Wajah semangat Mas Ayib Abraham (Agus Ibrahim), Adly Al Fadly (Fadlillah) dan Mas AL (Alvin Nur Choironi). Di tangan merekalah aku mulai merangkak meski terseok-seok tanpa dana untuk menghidupiku. Tapi, berbekal tekad untuk membangun sejarah dan semangat untuk berkarya akhirnya kehidupanku sedikit demi sedikit mulai memancarkan titik terang masa depan.
Dengan iringan waktu yang terus berputar, aku terus menyusun sejarah, menatanya layaknya puzzle yang harus aku rangkai. Mencipta sedikit demi sedikit serakan sejarah Mambaus Sholihin, menyimpannya dan suatu saat nanti diriku akan muncul sebagai kenangan yang takkan terlupa. Dan waktu pulalah yang akhirnya merubah takdirku menjadi lebih baik. Kini, aku telah sanggup berdiri. aku sanggup menyajikan banyak dari sejarah-sejarah Mambaus Sholihin yang tersia-siakan dan telah berhasil aku kumpulkan. Kini aku telah memiliki ruangan untuk diriku sendiri, semakin banyak orang-orang yang menjalankan diriku. Banyak dari mereka yang sangat memperhatikan diriku. Aku semakin yakin hidupku akan mampu mengiringi Mambaus Sholihin karena aku adalah separuh jiwanya. Aku adalah sejarahnya.
Setahun bukanlah waktu yang singkat dalam berjuang. Tapi aku juga sadar perjuanganku masih panjang. Aku harus tetap eksis. Harapanku di usiaku yang menginjak setahun ini hanya satu. Aku ingin menjadi sejarah keabadian Mambaus Sholihin karena aku yakin, sepuluh tahun yang akan datang, 20 tahun yang akan datang atau bahkan seribu tahun yang akan datang aku pasti berguna. Aku akan tetap hidup. Meski semuanya habis tak berbekas. Akan aku teriakkan pada dunia nama Mambaus Sholihin. Akulah sejarahnya. Akulah sang pendongeng tentang Mambaus Sholihin karena aku punya catatan sejarah Mambaus Sholihin yang telah ditulis oleh tinta hitam mereka. Sadarlah, sejarah adalah sesuatu yang sakral. Yang harus tetap ada dan tetap terjaga. Karena dengan sejarah kita akan mengetahui semua yang terjadi dengan sejarah itu. Sejarah mampu menjadi motivasi serta inspirasi dan sejarah adalah saksi dari adanya sebuah kehidupan. Akulah Tinta Sejarah Mambaus Sholihin.
Putih
Putih terlalu senyap bagiku,
hingga melenyapkan hasratku,
tapi mengapa penyair selalu lantang dengan corak warna
kesucianmu meneriakkan
isi kata-kata dengan bangga?
Mungkin dia selalu menyimpan segumpal awan di dadanya, sehingga
putih juga hatinya….
Putih, benar-benar mengalirkan darah dari ujung kendi
kebangganku hingga tersipu malu di ujung jari ketulusanku…
Putih, kau hadir sebening mata bidadari yang mengalir dari
Lubuk hatinya menuju suci cintaku….
Suci, Selasa 20 Nopember 2012
(Puisi atas permintaan Shofiatus Sholihah lewat Facebook)
Mendung
Mendung, kemana kau bawa air mataku saat gelap bersenandung
Memuji sang pencipta alam semesta yang agung
Mendung, cahaya bulan purnamaku amuk dan bintang
gemilangku remuk
Karena kau puji dia semalam suntuk
Mendung, luapan rindu gemuruh menagih petir, hampir
Tetes gerimis membawa angin sumilir
Mendung, petang atau terang kau menerjang
langit-langit duniaku
Jelaskan sekarang.
Mendung, benar-benar mencebur dalam sanubariku
Luruh bersama madah indah sang pujangga nabiku
Mendung, kapan kau datang?
Musimmu lama ku nanti sampai malam ini.
Mendung, kau benar-benar datang saat menitku
menunggumu
Sehingga aku tak usah menunggu malam, saat kau datang
sampai tak ada ucap salam
Mendung, aku tersenyum manis, karena kau datang
membawa gerimis.
Suci, Ahad 4 Nopember 2012.
21.00 WIB
Rembang 21 Oktober 2012 M
Rembang,
mulai kulambaikan tanganku saat kakiku menginjak
bumi asrimu, di saat itulah mulai kubuka hatiku sambil kubuka pintu mobil
mahalmu…
Rembang,
perjumpaan pertamaku dengan hamparan putih garammu,
disambut jiwa suci nan berseri…
Rembang,
aku bangga menghirup nafasmu, menyerap corak
panoramamu, hingga goresan syair tinta pelangimu…
Rembang,
aku mulai melambaikan tanganku, saat kumpulan
karyamu telah aku miliki di saat pagi mataharimu menjemput subuh berlalumu…
Rembang,
aku bangga mengenalmu. Perjumpaanku denganmu telah
mengobati rasa rinduku saat mimpi terus memburu sunyi berpuisi…
Rembang,
kan kukenang
perjumpaanku denganmu, hingga akan kutulis namamu di jalur-jalur jalan ragamu
menuju suci bumiku. Rembang, rembang, rembang salamku untukmu dan untuk Gus Musku.
Rembang 21 Oktober 2012 M/11 Dulhijjah 1433 H.
Sahabat-sahabatku…..
Jarum jam telah
bergeser bersama hembusan nafas kedewasaan…..
Tempat duduk kita
telah basah oleh keringat letih payah
kesibukan….
Pena alat kita
menggores kata telah tersimpan di kertas berdebu yang rata…
Oh sahabatku…
Ingatkah kalian
pada papan hitam dan kapur putih yang setia menerjang angan membius lelah dan
menerpa geram…
Ingatkah kalian
pada raga yang selalu tegap menantang kebodohan yang pahit…
Ingat! Ingatkah
kalian pada masa itu…masa itu bisu masa itu diam, walau masa itu telah berlalu
tapi dekatlahlah hati kami dengan kehangatan persahabatan,…
Sahabat-sahabatku..
Awan dan angin sekalu
bersama dingin
Batu dan debu
selalu rindu pada deru…
Oh sahabatku, kita
kenang selalu masa itu….
Suci, 2 Oktober
2012
Kebahagiaan Anak Yatim
di 10 Muharrom
Manusia berbaju kedermawanan terus menanti,
hingga gemeter tangannya menyentuh bayangan rambutnya….
Senyumnya berpegang kuat pada urat takdirnya….
Nakalnya bergegas berkelana menyusuri gagasan segarnya,
hingga mengalir
deras menuju pangkal derajatnya….
Suasana langit selalu menamani ia tertawa
Kerikil kecilpun ikut bahagia di samping candanya
Semoga Allah selalu menjaga kebahagiaannya…..
Hari ini hatinya disiram kasih sayang manusia
Tangannya dipegang erat hati yang berderma
Dia Pi’I, kecil bergaya kecil dan tubuh kecil
Dia Pi’I, besar gagasanya dan besar pusarnya
Dia Pi’I yang bahagia di bulan Muharrom ini
Puasanya menghiasi langit, tangisnya bau sangit
Tatapan matanya tajam menuju lingkaran kepuasan
Derap langkahnya tak terselip bayangan kepayahan
Tangannya ramping bagai kayu siwak memburu ganjaran
Sayang, hari ini dia tak bisa menangis…
Karena hari ini dia basah oleh hujan kebahagiaan 10
Muharrom….
Suci,
Sabtu 24 Nopember 2012 M
10
Muharrom 1434 H
(kutulis untuk Syafi’I 2G Mts asal Surabaya,
ku bisa mengelus kepalanya dan berbuka Puasa 10 Muharrom bersamanya
)
Langitku Bertakbir
Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu
Akbar…..
Langit
duniaku bertakbir dan di atas secercah
cahaya
tujuh lapis langit, aku menyebut nama agung-Mu…
Ya
Tuhanku, putihkan hati hamba saat nama agung-Mu memburu cakrawala semesta…
Ya
Robbi, kuatkan iman hamba saat bisikan iblis mendekap ubun-ubun kepala….
Ya
Allah, sucikan jiwa raga hamba saat kemaksiatan mengalahkan segala-galanya…
Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu
Akbar…..
Malam
ini bumi berbinar kemilau takbir
Bintang
terpanjar di langit-langit puji-Mu
Badai
laut menggiring lafad keagungan-Mu, hingga terapung di pintu mustajab-Mu
Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu
Akbar…..
Aku
ingat saat Ismail mendapat coba,
Hingga
iblis medera sengsara, putus asa
Kesabaran
bocah yang betah,
Mempertahankan
cinta tuhanya yang pasrah
Allahu Akbar…Allahu Akbar…Allahu
Akbar…..
Wahai
Ibrahim bapak jagad manusia, tampaknya mimpimu telah nyata
Hingga
kau lelap dan lupa akan 1000 ekor kambing dan 300 domba yang rata
Wahai
Ismail putra semesta raya, benih cinta yang kau tanam telah tumbuh
Hingga
daun dan tangkai telah membuahkan kesabaran yang utuh
Malaikatpun
bertakbir: “Allahu Akbar….Allahu
Akbar….Allahu Akbar….”
Ibrahimpun
berdzikir: “Laa Ilaaha illa Allah
Wallahu Akbar”
Bergetar
Ismail di akhir: “Allahu Akbar Wa
Lillahil Hamd”
Suci,
21 Oktober 2012 M/ 5 Dzulhijjah 1433 H
Pukul:
06.40 WIB
Allahu
Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar…..
Langit duniaku bertakbir dan di atas
secercah
cahaya tujuh lapis langit, aku menyebut nama
agung-Mu…
Ya Tuhanku, putihkan hati hamba saat
nama agung-Mu memburu cakrawala semesta…
Ya Robbi, kuatkan iman hamba saat bisikan
iblis mendekap ubun-ubun kepala….
Ya Allah, sucikan jiwa raga hamba saat
kemaksiatan mengalahkan segala-galanya…
Allahu
Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar…..
Malam ini bumi berbinar kemilau takbir
Bintang terpanjar di langit-langit
puji-Mu
Badai laut menggiring lafad
keagungan-Mu, hingga terapung di pintu mustajab-Mu
Allahu
Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar…..
Aku ingat saat Ismail mendapat coba,
Hingga iblis medera sengsara, putus asa
Kesabaran bocah yang betah,
Mempertahankan cinta tuhanya yang pasrah
Allahu
Akbar…Allahu Akbar…Allahu Akbar…..
Wahai Ibrahim bapak jagad manusia,
tampaknya mimpimu telah nyata
Hingga kau lelap dan lupa akan 1000 ekor
kambing dan 300 domba yang rata
Wahai Ismail putra semesta raya, benih
cinta yang kau tanam telah tumbuh
Hingga daun dan tangkai telah membuahkan
kesabaran yang utuh
Malaikatpun bertakbir: “Allahu Akbar….Allahu Akbar….Allahu
Akbar….”
Ibrahimpun berdzikir: “Laa Ilaaha illa Allah Wallahu Akbar”
Bergetar Ismail di akhir: “Allahu Akbar Wa Lillahil Hamd”
Suci, 21 Oktober 2012 M/ 5 Dzulhijjah
1433 H
Pukul: 06.40 WIB
Al Ghozali….
Dimanakah rekaman
jejak hidupku yang telah aku gores di atas sampul al fiyahku…
Hilangkah atau
bersembunyi di balik keperawananmu?
Al Ghozali….
Malam ini aku
bertabur bintang bersama angin,
Berpeci kebanggaan
dan berjubah kemesraan…
Sungguh, air mataku
kering terkuras kapas dan tertelan bersama permen manisku…
Al Ghozali….
Aku tidak akan
duduk tersimpuh sedikitpun dalam keadaan pengecut, walaupun seribu musuh
menghadang di
depanku….
Al
Ghozali…kaulah asrama yang kurindu….
Suci, 20 Maret 2012
(Malam acara Al Ghozali bertabur bintang)
Al Ghozali, Kaulah Asrama yang Kurindu…
Al Ghozali….
Tiga tahun aku di
dalam kandunganmu,
tanpa cacat tanpa
pakaian yang melekat pada sukma ragaku…
Sukma yang terbelah
oleh belaianmu telah meresap pada blazer kebanggaanku…
Al Ghozali….
Kaki dan tanganku
telah bercampur imajinasi, mata dan otakku telah terbeli
Tetapi apa kau tak
pernah bertanya pada pagar
dan menara yang menjulang
tinggi meneriakkan kegagahanmu…
Al Ghozali….
Namamu telah
terparti pada lembar sejarahku…
Selendangmu telah
melilit leher menaraku…
Benderamu telah
terkibar bersama gagahnya pohon palam berdaun sutera…
Sungguh, aku bangga
menyebut namamu…
Al Ghozali….
Bersama petir
menyambar aku titipkan salamku…
Bersama hujan
gerimis aku menangis,
mengingat saat aku
bermesraan dan bercumbu rayu denganmu…
saat ini sendiri bersama bulan,
aku sering
berteriak dan membuang nafas tanpa mengingat jasamu…
Al Ghozali….
Ilmu-ilmu yang
melekat pada lembar telah hambar dan riuh tertiup angin gunung
Goresan tinta hitammu
bercampur kapur putih telah kering bersama kering kerontang badanku…
Di malam ini aku
teringat lagi pada masa nakalku dan bodohku…
Setiap nafas
berbeda angan, tetapi satu tujuan selalu menyatu bersamamu…
Aku rindu masa lalu
itu…
Al Ghozali….
Dimanakah rekaman
jejak hidupku yang telah aku gores di atas sampul al fiyahku…
Hilangkah atau
bersembunyi di balik keperawananmu?
Al Ghozali….
Malam ini aku
bertabur bintang bersama angin,
Berpeci kebanggaan
dan berjubah kemesraan…
Sungguh, air mataku
kering terkuras kapas dan tertelan bersama permen manisku…
Al Ghozali….
Aku tidak akan
duduk tersimpuh sedikitpun dalam keadaan pengecut, walaupun seribu musuh
menghadang di
depanku….
Al
Ghozali…kaulah asrama yang kurindu….
Suci, 20 Maret 2012
(Malam acara Al Ghozali bertabur bintang)
Aku dan Ayahmu
Tangkai yang menggantungkan
apel kecerdikanmu
terkikis ulat pohon
hingga daun-daun hijau
penuh gairah
tak terjamah ulat
berhati serakah
tapi agaknya hari ini
kau bisa menggulung nasib
di mana tidak ada hari
yang bisa membuat nasibmu meraung di atas punggung
introspeksi!
introspeksi!
introspeksi!
Kau lahir hari ini,
Kau bernafas hari ini,
Kau bisa mencerna
kehidupan
dengan mapan, juga hari
ini!
Tapi aneh, mengapa
ayahmu tak mengajakku
bersatu setelah
kelahiranya sama?
Adakah janji dalam perut
yang akut,
atau memang dia dan aku
takut?
Sudahlah, yang penting
AKU dan AYAHMU lahir!
Suci, 24 Nopember 2012
(Kutulis untuk Aqil Malang, karena dia ulang tahun
Dan ulang tahun ayahnya sama sepertiku, 10 Desember)
KABAR DUKA, BU NYAI WAFAT
Mambaus Sholihin Tergenang Air Mata
BU NYAI HJ ANIYAH, seorang
wanita yang senantiasa menemani dan menguatkan azam suaminya, KH Masbuhin Faqih
dalam mengemban beratnya berjuang di tengah-tengah masyarakat dan santri.
Beliau sangat berjasa dalam berdirinya pondok pesantren dua bahasa dengan motto
Alim, Sholeh, Kafi yang berdiri di desa Suci ini. Dengan kepribadian yang sabar
loman dan pekerja keras, dalam keadaan yang sulit dan sesusah apapun, keluh
kesah tak pernah terucap dari bibir seorang wanita kelahiran Gresik, 30 Oktober
1952 tersebut. Setia mendampingi dan mendukung langkah seorang Kyai berjuang
di bidang pendidikan dalam menjadikan suatu lahan yang awalnya hanya berupa
tanah gersang dipenuhi oleh ilalang, kini menjadi sebuah area yang
menjadi sumber cahaya, sumber ilmu, penerang kegelapan yang mampu menunjukkan
jalan yang benar di tengah masyarakat.
Beliau sudah beberapa kali
dirawat di Rumah Sakit. Dan yang terakhir tepatnya pada tanggal (14/1) beliau
dirawat inap di RS Petrokimia Gresik
bertempat di lantai 2 kamar Tratai 3, Ketika itu kondisi beliau tampak sehat,
belaiu hanya melakukan terapi tenggorokan karena belum bisa menelan makanan.
Namun meski dirawat inap, keadaan beliau tidak ada perkembangan hingga tepatnya
tanggal (17/1) beliau dipindahkan di
ruang ICU. Tak sampai tiga hari, atas permintaan beliau, beliau dikeluarkan
dari ruang ICU dengan harapan bisa berkumpul dengan keluarga. Hingga akhirnya
beliau menghembuskan nafas terakhir diusianya yang ke 60, bertempat di RS Petrokimia Gresik pada hari ahad (20/1) pukul
20.40 WIB. Suatu hari yang jika dilihat dari kalender islam (Hijriyah-red) sudah memasuki hari
senin bulan Robiul Awal, yang mana pada bulan mulia tersebut diturunkannya Nabi
Muhammad SAW dan juga bertepatan dengan Haulnya KH Abdul Hamid Pasuruan. Malam
itu juga, bertempat di mushola pondok
putri langsung dilakukan sholat jenazah pada kloter pertama menjelang dini
hari. Ke esokan harinya (21/1) tepatnya pukul 10.00.WIB bertempat di masjid
Roudlotus Salam beliau disholati lagi,
yang dimami oleh KH. Minanur Rohman putra KH Usman al Ishaqi. KH. Ubaidillah Faqih
sebagai Sambutan atas nama keluarga, dan pembacaan do'a yang dibawakan oleh
Habib Husain, Habib Abu Bakar bin Ali As Segaf, KH. Hanan Ma'sum dan KH.
Asfihani Faqih. Penghormatan yang dihadiri oleh ratusan jama'ah dari berbagai
kalangan mulai dari santri, alumni, masyarakat, pejabat pemerintah hingga para
habaib turut menjadi saksi besarnya jasa yang telah diemban oleh Bu Nyai Hj
Ainiyah. Beliau langsung dihantarkan keperistirahatan terakhirnya yang
berlokasi di samping masjid Roudlotus Salam Suci Manyar Gresik. (MAMBAST POS 20-01-2013)
KH. MASBUHIN FAQIH
KH. Masbuhin Faqih di lahirkan di desa Suci kec. Manyar Kab. Gresik pada tanggal 31 Desember 1947 Masehi atau 18 Shafar 1367 Hijriyah. Beliau lahir dari pasangan kekasih Al-Maghfurlah KH. Abdullah Faqih dan HJ. Tswaibah. Dari pasangan kekasih tersebut lahir 5 orang anak, 3 orang putra dan 2 orang putri, KH. Masbuhin Faqih merupakan anak pertama (yang paling tua). Beliau memiliki silsilah yang mulya dan agung, yakni sampai ke Sunan Giri. Kalau diruntut, maka beliau adalah keturunan ke-12 dari kanjeng Sunan Giri Syeih Maulana Ishaq. Dengan runtutan seagai berikut:
Langganan:
Postingan (Atom)