Putih terlalu senyap bagiku,
hingga melenyapkan hasratku,
tapi mengapa penyair selalu lantang dengan corak warna
kesucianmu meneriakkan
isi kata-kata dengan bangga?
Mungkin dia selalu menyimpan segumpal awan di dadanya, sehingga
putih juga hatinya….
Putih, benar-benar mengalirkan darah dari ujung kendi
kebangganku hingga tersipu malu di ujung jari ketulusanku…
Putih, kau hadir sebening mata bidadari yang mengalir dari
Lubuk hatinya menuju suci cintaku….
Suci, Selasa 20 Nopember 2012
(Puisi atas permintaan Shofiatus Sholihah lewat Facebook)
0 komentar:
Posting Komentar