468x60 Ads

Hikayat Santri Suci. Cerpen Kelima dalam Buku Kumpulan Cerpen Lalat dari Jerman








Hikayat Santri Suci

Ghofur sedang duduk di dalam kereta api jurusan Semarang. Kakinya menginjak plastik-plastik sampah yang berserakan di dalam kereta. Duduknya ditemani seorang yang tak dikenal, sama-sama penumpang jurusan Semarang Jawa Tengah.
“Mas mau kemana?” tanya Ghofur pada orang samping duduknya.
“Mau ke Semarang.” Jawab orang belum dikenal sebelumnya.
“Kok sama, memangnya mas asli orang mana?” tanya Ghofur kembali.
“Saya asli Gajah Mungkur Semarang, tapi sekarang sudah tinggal di Gresik.” Jawab laki-laki berpeci di sampingnya.
“Mas, sampean kelihatannya santri?” tanya Ghofur.
“Ya Mas, saya santri pondok Suci Gresik.”
 “Sama mas. Saya juga santri, tapi bukan santri pondok di Gresik, tapi pondok Benowo Surabaya.” Jawab Ghofur.
“Namaku Ghofur, asli Gayamsari Semarang. Kalau sampean?”
“Saya Albab, asli Petompon Gajah Mungkur Semarang.” Perkenalan singkat santri beda pondok itu sudah tampak akrab. Hingga Ghofur tertarik dengan pondok yang diceritakan oleh Albab.
“Mas Albab, aku boleh nitip adikku mondok di pondok sampean.? Karena aku tidak ingin adikku mondoknya sama dalam satu pondok denganku.” Ucap Ghofur.
“Silahkan mas, malah aku senang mendengarnya. Biar persahabatan kita semakin
erat kalau adik sampean jadi santri satu pondok denganku. Ini nomor telponku, tolong dicatat ya: 085745927586.”
“Ok, saya hubungi kalau sudah sampai rumah.” Ucap Ghofur semangat.
Perjalanan liburan dua santri dalam kereta KRD itu akan mengikat kuat dalam sebuah
persahabatan. Adik Ghofur akan dititipkan mondok bersama Albab di Pondok Suci Gresik.
***
“Assalamualaikum,” Ghofur baru saja sampai rumah, hatinya senang. Liburan panjang di rumah akan diisi dengan kegiatan positif, sesuai jadwal yang tertulis dalam catatan hariannya. Setiap hari menjadi muadzin Sholat 5 waktu di langgar desanya, menyapu masjid tiap sebelum Maghrib, mengunjungi rumah tetangga, menziarahi makam keluarga, menggantikan bapaknya dalam Tahlil rutinan desa dan membantu pekerjaan orangtua bertani. Itulah cacatan yang sudah rapi ditulis di buku kecil sebelum liburan tiba.
“Berangkat dari pondok Jam berapa Fur?.” Tanya Ibunya.
“Jam tujuh, Bu. Tadi agak lama karena mampir di warung bersama kenalan. Anaknya juga seorang santri. Santri pondok Suci Gresik.” Jawab Ghofur sambil mencium tangan ibunya.
“Ayo mandi dulu, nanti malam ikut tahlil di rumah Pak De Kholik. Bapak lagi gak enak badan.” Katanya.
“Enggeh Buk,”
“Oh ya, Adik mana Buk?” tanya Ghofur seraya melepas baju hem biru kotak-kotak.
“Adik lagi masak di dapur, kebiasaan adikmu sekarang berubah total. Nakalnya hilang, sekarang ganti suka masak.”. Ghofur tersenyum saat mendengar adiknya
telah berubah.
***
MALAM usai ikut Tahlilan di rumah Pak De Kholik, Ghofur duduk di depan rumah ditemani
Ibu dan adiknya. “Buk, aku punya kenalan santri mondok di Gresik. Aku ingin Dek Zaki dipondokkan di sana saja, biar ada bedanya. Masak adik-kakak hidup satu pondok.”
“Gimana Zak, Kakakmu benar. Ibu ingin ada perbedaan, antara kakakmu mondok di Benowo dan antara kamu mondok di Gresik. Gresik mana tadi....?” tanya Ibu.
“Pondok Suci Buk.” Jawab Ghofur.
“Aku terserah ibu dan Kakak aja,” Jawab Zaki.
“Betul dek. Pokoknya nanti kalau di sana sampean akan dibimbing oleh kenalan kakak waktu di kereta, namanya Albab.”
Zaki mengangguk. “Dek, selama di pondok Suci harus jadi santri yang dibutuhkan, jangan
nganggur. Khoirun An Nas anfa’uhum Li An Nas.” Nasehat kakaknya.
Zaki kembali mengangguk.
“Ya udah, barang-barangmu persiapkan, besok hari Rabu kakak antarkan.”
Zaki kembali mengangguk, tanpa berkata.
***
Di pagi buta, Zaki sudah berada di belakang rumahnya. Ia menatap kandang ayam, tanaman, dan kolam ikan hias miliknya. Sesekali ia pandangi juga panorama langit di atas atap rumahnya. Zaki mau mengucapkan perpisahan, ia akan pergi menuntut ilmu di Pondok Suci Gresik. Barangbarangnya sudah rapi ditata dalam kerdus bekas obat nyamuk baygon.
Pukul 08.00 pagi, Zaki dan Ghofur berangkat menuju Gresik Jawa Timur. Ibunya tak sempat
ngasih sangu banyak, hanya seratus ribu ditambah nasi lima bungkus buat teman-teman barunya saat sampai pondok.
Perjalanan jauh dari Jawa Tengah hingga Jawa timur Gresik telah lewat. Kini adik-kakak sudah ada di lampu merah terminal Bunder Gresik. Sebuah mobil angkot warna orange berhenti di depan mushola kecil di samping jalan.
“Ayo, Suci, Suci....” teriak Sopir Len.
“Dek ayo, itu mobil jurusan Suci.” Ajak Ghofur tanpa pikir panjang. Keduanya langsung naik mobil.
Mobil berjalan pelan, sambil mencari penumpang lain. Adik-kakak ini sangat menikmati tambak ikan samping jalan yang membentang luas. “Dek sebentar lagi sampai, kata Albab jarak Bunder ke Suci tak jauh.”
“Pak Kiri, Pak turun sini.” Ghofur memberhentikan mobil, lalu membayar 5000,
untuk dua orang. Pakaiannya rapi, kopyahnya agak penceng. Dia tampak bangga melihat gapura dan menatap tajam.
 “Dek kita sudah sampai depan pondok. Kakak harap, kamu harus jadi santri yang sungguh-sungguh.” Zaki mendengar pesan kakaknya, mantap dengan tersenyum.
“Ayo kak kita Daftar,” ajak Zaki.
Sebuah Gapura berdiri di kiri jalan bertuliskan ‘Pondok Permata Suci’. Kakak beradik yang baru pertama menginjakkan kaki di Gresik ini langsung mendekati gapura lalu memasukinya. Keduanya berjalan ke arah perumahan yang mereka kira pondok tempat Albab menimba ilmu. Keduanya menoleh kesana kemari lalu mendekati Indomaret.
“Dek, pondok Suci ternyata maju ya. Pondoknya luas dan banyak bangunan mewah.
Malah ada mini market segala.”
“Pak di mana tempat pendaftaran santri baru?” Tanya Ghofur pada orang lewat yang
berpakaian putih dan bersarung.
“Maksudnya Pondok Pesantren di desa Suci?” tanya kembali orang yang gagah berpeci putih itu.
“Kalo di Suci ada dua mas, yang mana?”
“Pokoknya kata temanku pondok itu memperdalam dua bahasa. Temanku namanya
Albab.” Kata Ghofur sungkan, kakak Zaki salah masuk; salah masuk di perumahan PPS.
“O, Albab. Itu satu pondok dengan saya, kebetulan dia juga sekretaris saya. Ayo langsung ikut saya ke pondok. Tapi tunggu dulu ya, saya mau ambil banner hasil digital printing di Zee Printing.”
Tak lama, Ghofur dan Zaki naik Len lagi dari PPS menuju Pondok. Hatinya bahagia, matanya
berbinar terang melihat bangunan aula pondok yang tinggi, melihat pondok lantai tiga dan
kagum-kagum melihat Masjid dalam pondok.
“Dek Masjid itu besar sekali ya?” kata Ghofur tanpa tahu kalau itu hanya Mushola.
“Ayo mas masuk,” Ghofur melihat Albab dalam kantor pendaftaran itu, ia sangat senang. “Lho berarti sampean sekretaris penerimaan santri baru?” tanya Ghofur ketika duduk di kantor pondok.
“Oh, ya Fur. Kamu Baru nyampek? Berangkat jam berapa? Gampang kan alamat pondok ini?” tanya Albab.
“Bab, tadi saya kebetulan ketemu mereka berdua yang nyasar di Pondok Permata Suci (PPS) saat ambil Banner dekor panggung buat acara penyambutan Habib dari Yaman.” Sahut Rois am.
“Lho kok bisa nyasar di PPS, hahaha....” Albab tak bisa menahan tawanya.
“Namanya juga baru pertama kali.”
“Ini katanya temanmu?” tanya Rois Amm.
“Ya, Pak. Teman saya saat di kereta api.” Jawab Albab.
 “Fur, ini yang ngajak sampean ke sini Rois Amm, ketua pondok loh.” Kata Albab
memperkenalkan Rois Amm. Ghofur dan Zaki tersenyum malu. Hari itu juga Zaki diterima di pondok Suci. Pondok dua bahasa. “Zak, kakak akan pulang dulu. Akhir bulan ini kakak akan kembali ke pondok Benowo.” Ghofur pamit dengan adiknya, dengan Rois ‘Amm dan juga merangkul Albab dengan berbisik. “Bab, tolong jaga adikku, jangan sampai ia nganggur di pondok.” Pesan akhir yang terucap dari bibir Ghofur sebelum meninggalkan kantor pusat.
***
HARI-HARI pertama di pondok itu Zaki merasa asing. Tak seperti kebiasaanya saat berada di rumah. Ia merasa agak kaget dan kecapekan saat mengikuti pembacaan wirid habis sholat yang begitu panjang.
Lama-lama ia merasa tidak krasan (betah). Baru satu minggu tapi ia sudah ingin pulang. Ia kangen ibu, ayam jago, ikan hias dan panorama alam di desanya. Di setiap sore menjelang maghrib pasti termenung membayangkan ibunya. Hampir setiap sore, harapannya ingin sekali bertemu ibunya, dan Tuhan mendengar doanya.
 Di pagi hari sebelum Zaki berangkat sekolah, tanpa ada pemberitahuan lewat surat maupun telpon. Ibu dan kerabatnya datang ke Pondok Suci. Zaki gembira bukan main, rasa rindunya telah terobati, ia peluk ibunya, ia salami Pak De-nya. Zaki tak tahu ketetapan Tuhan yang sangat
misteri, kedatangan ibunya bukan untuk membalas kerinduaan, melainkan untuk mengajak
Zaki pulang. Karena ada kabar duka dari keluarga yang tak diduga. Ghofur, kakak kandung Zaki yang mondok di Benowo telah pulang ke hadirat Yang Maha Kuasa. Ia meninggal lantaran penyakit Maag akut dan penyakit yang disebabkan terlalu banyak mengkonsumsi makanan instant yang kadang mengandung bahan pengawet berbahaya.
                                                                                                     Gresik, 2013





Tentang Penulis : Agus Ibrahim lahir 10 Desember 1990 di desa Sambungrejo, Rengel, Tuban Jawa Timur. Putra pertama dari pasangan H. Syuhada’ dan Hj. Siti Romadlonah. Ia menempuh pendidikan dasar di MI Mambaul Islam Losari Soko Tuban (lulus 2003), MTs Mambaus Sholihin Suci Gresik (lulus 2006), MAK Mambaus Sholihin (lulus 2009). Setamat MAK, ia masuk Fakultas Syari‘ah Jurusan Ahwal al-Syakhshiyyah di Institut Keislaman Abdullah Faqih (INKAFA) Suci Manyar Gresik (Lulus 2013).

          Dalam organisasi ia pernah menjadi Sekretaris OSIS MA Mambaus Sholihin periode 2008-2009, anggota Departemen Bahasa Arab periode 2009- 2010, Sekretaris Pusat OSPMS Pondok Putra Mambaus Sholihin periode 2010-2011. Di bidang Jurnalistik ia pernah menjadi Redaktur dan Lay Outer Majalah AL-FIKRAH mulai 2007 sampai 2011. Ia juga pendiri dan pimpinan umum Koran Mambast Pos sejak 2010 hingga sekarang. Ia juga mengajar Fiqih di Madrasah Diniyah Putra Mambaus Sholihin sejak 2011- sekarang, staf pengajar kursus Bahasa Arab, dan guru Bidang Studi PPKn di MTs Mambaus Sholihin hingga saat ini. Ia menyukai dunia tulis menulis sejak kecil, dan buku ‘Lalat dari Jerman’ ini adalah karya perdananya. Penulis yang sedang menyelesaikan novel ini sekarang masih tinggal di Pon.Pes. Mambaus Sholihin Suci Manyar Gresik. Kritik dan saran bisa dikirim di nomor 085731313185.


1 komentar:

Digitekol mengatakan...

Mantap http://novelsemprot.rf.gd

Posting Komentar